Adam Driver menjadi pilot, terdampar di bumi pada 65 juta tahun lalu untuk melawan dinosaurus. Premis dan plot seperti ini saja rasanya sudah menarik. Namun, di bawah arahan Scott Beck & Bryan Woods, film 65 (2023) menjadi sangat datar dan tidak menarik.
Kita selalu bertanya-tanya apakah makhluk cerdas dari planet lain pernah mengunjungi bumi pada masa lalu, lalu bertemu dengan kehidupan di bumi yang masih purba, dan berakhir dengan malapetaka. Scott Beck & Bryan Woods, yang menjunjung capaiannya sebagai penulis A Quiet Place (2018), membangun premis film 65 dari gagasan tersebut. Adam Driver yang menjadi pemeran utama pun menjadi daya tarik.
Driver berperan sebagai Mills, pilot antariksa dari planet Solaris yang mencari dana untuk mengobati anaknya, Nevine (Chloe Coleman). Mills melakukan penjelajahan ke planet lain dengan kargo manusia lainnya. Di tengah perjalanan, ia menabrak sekumpulan asteroid sehingga harus mendarat darurat di bumi. Tanpa diduga, ia sampai di Bumi dari 65 juta tahun lalu, saat dinosaurus masih menguasainya.
Sementara itu, potongan promosi film ini menyuguhkan aksi yang diselimuti dengan teror yang menarik. Namun, rasanya film ini hanya pintar berjualan saja, tanpa memberikan produk yang benar-benar menarik. Ketika menonton, bagian-bagian yang mestinya memancing minat, justru terasa amat membosankan.
Sejak film dimulai, pengenalan karakternya terlalu terburu-buru. Masalahnya dipangkas sedemikian rupa sehingga takmembekas. Faktor utama Mills melewati dua tahun hidupnya dan mempertaruhkan nyawa demi anaknya yang sakit rasanya takberarti sama sekali. Belum lagi ketika film ini memberi tahu nasib anaknya, hal yang membuat perjalanan Mills terasa sia-sia.
Takberhenti di situ, untuk menciptakan drama dan menarik simpati penonton, hadirlah Koa (Ariana Greenblatt), anak perempuan yang jadi satu-satunya kargo yang selamat. Sekali lagi, pengenalan Koa pun terasa datar dan terburu-buru. Perbedaan bahasa antara Koa dan Mills menciptakan jarak di antara mereka. Fluktuasi hubungan mereka pun menjadi takterasa sehingga simpati taktercipta.
Sebenarnya, keterburu-buruan dan ketergesa-gesaan dalam film tegang nan horor seperti ini wajar, jika dimiliki oleh aktornya. Namun, jika seluruh elemen film terasa seperti ingin cepat-cepat habis, penonton pun ingin segera beranjak dari kursi yang membosankan itu. Rasanya, seperti itulah menyaksikan 65 ini.
Momen-momen yang seharusnya hadir untuk membangun tensi sehingga kejutan bisa menghentak malah terasa dipangkas sedemikian rupa. Padahal, segi visualnya dan suaranya sangat baik. Teriakan-teriakan dinosaurusnya terasa unik, memang sedikit mengingatkan kita kepada alien di A Quiet Place. Kebaikan-kebaikan tersebut rasanya takberarti sebab kesalahan fatal film ini yang terasa ingin sekali menyelesaikannya dalam waktu 90 menit.
Padahal, banyak sekali elemen-elemen menarik yang bisa dikembangkan. Sayangnya, semuanya harus tergesa-gesa demi menyelamatkan diri dari gempuran asteroid pemusnah zaman. Akhirnya, film dengan bujet 91 juta dolar yang sempat tertahan dua tahun perilisannya ini hanya seperti film-film gudang saja.
Layaknya film-film kelas B, film 65 (2023) ini seperti menjual dan menyumpalkan premis-premis menarik saja, tetapi takmampu mengeluarkan sisi terbaiknya. Dalam waktu dua tahun hingga rilis sekarang, rasanya malapetaka ini seharusnya bisa dihindari. Adam Driver, yang aktingnya selalu bersinar pada film-filmnya, ternyata bukan seorang pilot yang andal; ia pun takmampu menyelamatkan dirinya dari malapetaka ini.
Baca juga: Review Film Nope (2022) – Peele Menahan-nahan
Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan