Rekomendasi Film Roman (Bagian 2)

0
1975
Rekomendasi Film Roman (Bagian 2)

Tidak semua kisah cinta antara pria dan perempuan dapat ditebak. Bertemu, bermusuhan, menuju pelaminan, dan bahagia hingga maut memisahkan. Tidak semuanya begitu. Berikut ini rekomendasi film roman pilihan redaksi ulasinema. Ketiga film dipilih berdasarkan penilaian: cerita cinta meliuk-liuk yang terasa nyata oleh kita. Sebab cinta kepada manusia ialah penyatuan realitas yang susah-susah mudah, bukan?


PunchDrunk Love (2002)
punchdlove

Sutradara: Paul Thomas Anderson
Penulis     : Paul Thomas Anderson
Pemeran Utama: Adam Sandler, Emily Watson, Philip Seymour Hoffman

“I don’t know if there is anything wrong because I don’t know how other people are”.

Tumbuh-besar dengan “kecerewetan” tujuh saudarinya, Barry (Adam Sandler) jadi tak percaya diri. Setiap kali ditanya, ia selalu jawab, “saya tidak tahu”. Musabab emosi yang terlanjur tak terkendali dan cenderung menutup diri membuat Barry susah bergaul dan kesepian. Suatu hari ia gunakan layanan telepon seks. Sayangnya, ia jadi korban pemerasan.

Kekacauan psikis Barry ditambah masalah baru rupanya dapat dibendung dengan kedatangan Lena (Emily Watson) dalam kehidupan Barry. Lena mendekati Barry dengan menitipkan mobilnya. Singkat cerita, mana kah yang Barry pilih: menghadapi masalah bersama Lena atau kabur dengan hadiah terbang gratis dari puding yang sudah dikumpulkan olehnya?

Paul Thomas Anderson melempar wacana bagaimana cara melawan ketakutan dengan cinta. PunchDrunk Love hadirkan sebuah warna baru kisah romansa. Film yang dirilis pada 2002 ini menggambarkan bahwa penyatuan realitas manusia tidak diisi oleh egoisme dan ancaman, melainkan penerimaan yang wajar.

Kekayaan film ini juga disumbang oleh Jon Brion yang membangun suasana film dengan suara “asing” sehingga kisah ini menjadi lebih hidup dan dramatis! Robert  Elswit pun membuat citra pada film garapan Paul Thomas Anderson—keduanya pernah bekerja sama pada film Magnolia (1999) dan Boogie Night (1997)—nampak khas. Akting Adam Sandler yang biasanya “kocak”, di film ini, ia berhasil menghidupkan karakter Barry yang kacau.


花樣年 / “In the Mood For Love (2000)
MV5BYjVhMTE3YzEtOGEwYS00NjFmLWFjYzAtMGVjNjY3YWY4OTJhL2ltYWdlXkEyXkFqcGdeQXVyNjU0OTQ0OTY@._V1_SY1000_CR0,0,675,1000_AL_

Sutradara: Wong Kar-wai
Penulis     : Wong Kar-wai
Pemeran Utama: Tony Leung, Maggie Cheung, Ping Lam Siu

“Feelings can creep up just like that. I thought I was in control”.

Mr. Chow (Tony Leung)—editor surat kabar di Hongkong—dan Mrs. Chan (Maggie Cheung)—perempuan karir—awalnya hanya menghibur diri sebab pasangan mereka tak selalu ada. Obrolan yang semakin intens ternyata membuat keduanya harus mengakui punya ikatan. Menggarap cerita silat bersama menjadi modus keduanya bertemu.

Keduanya saling menjaga eksistensi satu sama lain. Tampak tak ada masalah berarti saat penyatuan realitas, kecuali keduanya telah memiliki pasangan masing-masing. Di satu sisi, mereka tetap mempertahankan hubungan mereka masing-masing. Keduanya pun menjadi manusia seutuhnya: penuh dengan rahasia-rahasia yang menyiksa. Akankah keduanya bersatu atau hanya melupakan kenangan yang mereka kenali satu per satu?

Wong Kar-wai, sineas Hongkong, mampu hadirkan drama yang tidak cengeng. Kematangan plot digarap dengan hati-hati sehingga kita akan menebak sampai akhir cerita. Wacana yang dilempar Wong Kar-wai ialah bagaimana memaknai cinta yang tak dikatakan dan tak dibuktikan dengan nafsu. Selain itu, ia melempar wacana bahwa manusia hidup dengan rahasia yang terus mengantui. Rahasia yang dipendam oleh manusia kadang meluap dalam tangis atau senyum dalam-dalam.

Bukan karya Wong Kar-wai jika tidak mengayakan kesan visual. Bekerja sama dengan Christopher Doyle, In the Mood for Love hadirkan suasana dramatis dengan pengambilan gambar yang intens, slow, dan pilihan tone yang pas. Dilengkapi dengan nada-nada Shigeru Umebayashi, Anda dibuat seakan-akan merasa kisah Mr. Chow dan Mr. Chan bukanlah di Hongkong, tetapi di mana-mana meski kisah cintanya tak sama.


Revolutionary Road (2008)
revolutionary

Sutradara: Sam Mendes
Penulis     : Justin Haythe (skenario), David Yates (novel)
Pemeran Utama: Leonardo DiCaprio, Kate Winslet, Christopher Fitzgerald

“If being crazy means – living life as if it matters, then I don’t care if we’re completely insane. Do you?”

Pernikahan rupanya membuat individu tak lagi bebas untuk mengejar karir, kesan itu yang dirasakan April (Kate Winslet). Frank (DiCaprio) meminta April untuk mengurusi urusan domestik dan membesarkan anak-anak mereka. Walau keduanya coba saling memahami satu sama lain, ledakan emosi tetap terjadi juga. Isu perselingkuhan pun tak terhindarkan.

Sam Mendes berhasilkan mengemas “pasangan serasi” Kate Winslet dan DiCaprio menjadi pasangan yang bermasalah. Penonton dibuat cemburu, tegang, atau kesal dengan inkonsistensi keduanya dalam menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Film berlatar tahun ’50-an ini dapat menunjukkan keluarga sub-urban tak hanya menghadapi masalah finansial, melainkan juga masalah karir dan cinta pribadi. Mengapa April mengaku sudah tak cinta dengan Frank? Alat uji atau kejujuran, kah? Bagaimana jika Anda jadi Frank? Menjadi gila atau menganggapnya bercandaan?

Film ini melempar wacana mengenali individu adalah proses terus menerus. Sebab, menjalin hubungan antar manusia ialah proses. Dalam proses itu, kehadiran individu tidak boleh dikorbankan.

Film yang diadaptasi dari novel karangan Richard Yates menunjukkan kelas Kate Winslet dan DiCaprio di atas rata-rata.  Pemangkasan perkenalan keduanya pun tepat, porsi cerita saat keduanya mulai menapaki karir dan membangun keluarga kecil menjadi kisah yang tak bertele-tele. Konflik yang ada di film ini sungguh universal.


Demikian rekomendasi film roman dari ulasinema. Tunggu rekomendasi kami selanjutnya. Jika Anda punya rekomendasi film roman—film roman favorit Anda–kemungkinan akan ulasinema tayangkan di rekomendasi selanjutnya—. Salam hangat dari redaksi ulasinema!

rekomendasi roman utk blog, twitter, fb copy

Cek Rekomendasi Film Roman (Bagian 1) di sini!

Penulis       :  Anggino Tambunan
Infografis   : Farhan Iskandarsyah
Penyunting : Muhammad Reza Fadillah