Review Film Air (2023): Bedah Tipis Pemasaran Korporat

0
305
Review Film Air (2023): Bedah Tipis Pemasaran Korporat

Air (2023) merupakan wujud unik dari film biografi dan olahraga yang banyak membedah segi pemasaran korporat. Pembahasannya mengenai kontrak multimiliar dan pembuatan sepatu Michael Jordan dan Nike, tetapi fokusnya kepada orang-orang di balik layar. Ada usaha dan kegigihan yang kuat layaknya film-film olahraga, tetapi hasilnya sedikit miris.

Film Air (2023) fokus kepada kisah Sonny Vaccaro (Matt Damon), salah satu tim pemasaran Nike yang tugasnya mencari bakat-bakat baru di dunia basket Amerika. Pencarian bakat mereka untuk tahun 1984 memunculkan ide gila untuk menjadikan Michael Jordan, yang saat itu menjadi pemula, sebagai muka depan Nike. Belit-belitnya pun mencapai kesepakatan terbesar yang merevolusi dunia pemasaran olahraga.

Pembuatan film ini mungkin banyak dipengaruhi oleh kesuksesan serial dokumenter The Last Dance. Alex Convery sang penulis skenario mungkin melihat betapa masyhurnya Episode V serial tersebut yang menampilkan kesuksesan Air Jordan yang jadi ikon hingga saat ini. Dalam benak Convery sebagai kreator, ia mungkin penasaran dengan orang-orang di balik kesukesesan tersebut sehingga merangkai kisah ini.

Lalu, di tangan Ben Affleck sebagai sutradara dan beberapa bintang seperti Damon, Viola Davis, Jason Bateman, dan Chris Tucker, film ini terlihat megah dari fasadnya. Namun, dalam skalanya, Affleck dengan piawai membuatnya seminimal dan seintim mungkin. Diskusi dan dialog dramatis jadi kekuatan utama, akting para pemerannya pun dikedepankan.

Damon yang memimpin layar film ini jadi motor utama. Aktingnya berada di standarnya yang apik, walau di satu sisi membuat kita teringat kepada peranan serupanya di Ford v Ferrari (2019). Setiap dialog yang dikeluarkan Damon pun terasa sangat kuat, penulisan bagian-bagian ini pun dirangkai dengan baik oleh Convery.

Penyusunan karakter Damon pun menjadi penggerak kisah film Air ini. Formulanya sudah biasa, dalam film-film korporat yang semuanya terstruktur dan terbatas, karakter utama mendobrak hal itu untuk mencapai kesuksesan besar. Itulah yang ditampilkan Damon sebagai Sonny dalam film ini. Nuansa dan semangat olahraga dalam film ini pun hadir dalam kegigihan bercampur kegilaan sang karakter utama untuk mencapai tujuan utamanya.

Bagaimanapun, Damon mungkin bukan pesona utama film ini. Ialah Davis yang memerankan Deloris Jordan, ibu dari Michael. Setiap penampilannya begitu memesona dan setiap kata yang terucap dari mulutnya begitu padu. Kita sudah tahu betul kualitas Davis, salah satu aktris terbaik pada masa kini. Namun, tetap saja, rasanya di Air ini ia mengeluarkan sisi yang lebih tenang dengan beribu karisma yang ia pancarkan dari penampilannya. Keberadaan Davis membuat kita takpeduli dengan keabsenan Michael dalam film ini.

Walaupun dialog-dialog utamanya dapat menusuk perasaan penonton–diperkaya dengan penyutradaraan apik Affleck–debut penulisan skenario Convery rasanya belum begitu memukau. Mungkin, Affleck juga turut andil, sebab beberapa presentasinya ke layar banyak yang gagal tercapai. Beberapa dialog diskusi terasa kurang menggugah selera.

Lalu, yang paling fatal ialah nuansa komedi yang dihadirkan oleh Tucker sebagai Howard White. Karakternya seperti tempelan saja di film ini dan cara bertutur Afrika-Amerikanya takkawin dengan filmnya. Paling parah ialah saat Damon dan Tucker berbicara dalam beberapa adegan. Pengambilan gambar dan penyuntingan filmnya memberikan nuansa bahwa mereka takbenar-benar melakukan dialog langsung, layaknya sinetron stripping. Buruknya hal ini pun membuat karakter Howard, yang sebenarnya punya andil menarik, berjarak dengan karakter lain dan bahkan ceritanya itu sendiri.

Keseluruhan, film Air (2023) sebenarnya melakukan banyak hal tepat dalam membuat film ini berskala kecil. Nuansanya pun layaknya film-film jurnalistik yang banyak dilakukan dialog penggarapan, lalu ditambah nuansa pemasaran dengan dialog-dialog negosiasinya. Beberapa momen memang menusuk perasaan, tetapi ada beberapa rangkaian yang takterkoneksi.

Infografik Review Film Air (2023): Bedah Tipis Pemasaran Korporat oleh ulasinema

Baca juga: Review Film Dark Waters (2019) – Kisah Menarik Minim Artistik

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan