Review Film The Old Guard (2020): Keabadian yang Terbatas

0
1448
Review Film The Old Guard (2020): Keabadian yang Terbatas

Menarik melihat Netflix sudah mulai berani memproduksi film aksi yang notabene bujetnya mahal. Sampai pertengahan tahun 2020 ini, mereka mengunggulkan dua film aksi orisinil mereka, The Old Guard dan Extraction. Film yang disebut pertama menarik karena membahas tentang sekelompok tentara yang berumur panjang.

Film The Old Guard merupakan adaptasi dari komik berjudul sama karangan Greg Rucka. Rucka pun menjadi penulis skenario dalam film yang disutradarai oleh Gina Prince-Bythewood ini. Bagi Prince-Bythewood sendiri, film ini menjadi tantangan besar sebab ia belum pernah menggarap film aksi dan film-filmnya didominasi oleh drama-roman, Love & Basketball (2000) dan Beyond the Lights (2014).

The Old Guard memuat kisah tentang sekelompok tentara yang berumur panjang dan takbisa mati. Mereka memiliki kemampuan regenerasi, walau telah mengalami luka berat dan dibunuh, luka-luka tersebut dapat pulih. Namun, mereka pun takbisa dideskripsikan sebagai makhluk yang abadi juga sebab, pada suatu titik, akan ada masa mereka takbisa menyembuhkan luka-lukanya sendiri dan pada akhirnya mati.

Sekelompok tentara abadi itu ialah Andy (Charlize Theron), Booker (Matthias Schoenaerts), Joe (Marwan Kenzari), dan Nicky (Luca Marinelli). Ketika diminta menjalani misi oleh mantan agen CIA, James Copley (Chiwetel Ejiofor), mereka dijebak dan dibunuh. Copley sebenarnya ingin membuktikan kemampuan regenerasi mereka dengan merekamnya dan diberikan kepada Steven Merrick (Harry Melling). Merrick sendiri merupakan pimpinan perusahaan farmasi terbesar di dunia dan berambisi mempelajari tubuh dari para tentara abadi untuk membuat obat yang bisa membuat umur panjang.

Merrick yang dibantu oleh Copley pun mengejar kelompok tentara abadi Andy. Di tengah pelariannya, kelompok Andy tiba-tiba diberikan wahyu bahwa adanya seseorang lagi yang baru memperoleh keabadian. Dialah Nile Freeman (KiKi Layne), tentara perempuan AS yang terbunuh saat sedang menjalani misi di Timur Tengah. Walau mengalami luka fatal, Nile bangkit dan luka tersebut hampir takberbekas. Andy pun datang dan mengajak Nile bergabung dengan mereka.

Keabadian yang Menarik

Konsep keabadian yang dimuat dalam The Old Guard cukup menarik. Kemampuan regenerasi mereka dapat terhenti layaknya Wolverine/Logan dalam Logan (2017). Logan yang diciptakan Mangold sangat berbeda dengan film-film pahlawan super lainnya, karena film ini lebih mendominasi drama ketimbang aksinya. Prince-Bythewood pun sepertinya ingin menyeimbangkan antara aksi dan drama dalam The Old Guard (2020).

Latar belakang karakter-karakter dalam film ini pun diperkuat untuk menciptakan motif mereka masing-masing. Penguatan latar belakang karakter-karakter ini pun sepertinya diperlukan karena ada rencana sekuel, sejalan dengan komik yang ditulis Rucka yang memiliki sekuel berjudul The Old Guard: Forced Multiplied. Sayangnya, film The Old Guard ini sepertinya tidak begitu menarik dilihat dari sisi aksi maupun dramanya.

Untuk ukuran film aksi, 125 menit film ini terlihat molor, tetapi untuk memadukan aksi dan drama, durasi tersebut justru terkesan tanggung. Pengenalan karakter-karakternya tidak efektif, mungkin hanya Andy yang bisa menarik simpati kita. Hal itu pun sangat didukung dari akting karakter Charlize Theron yang kualitasnya tidak perlu ditanyakan. Selain itu, Schonaerts sebagai Booker menampilkan persona menarik yang memadukan sisi gelap dan terang dari tentara secara bersamaan. Selain mereka, hampir seluruh karakternya sangat garing.

Di sisi lain, dialog yang garing dan akting garing menjadikan drama film ini garing. Memiliki tentara yang terang-terangan homoseksual layaknya Joe dan Nicky memang menarik. Namun, rasa posesif mereka terlalu berlebihan. Di samping itu, Nile yang jadi tokoh terpenting kedua dalam film ini juga tidak menarik berkat akting KiKi Layne yang sepertinya kebingungan harus berekspresi seperti apa setiap kamera menyorotnya.

Hal yang paling menarik dalam film ini termuat dalam kisah perjalanan Andy dengan sahabatnya Quynh (Van Veronica Ngo) melewati masa demi masa. Mereka mengikuti perang demi perang. Pada abad pertengahan di Eropa, mereka tertangkap dan dikira penyihir karena diketahui memiliki umur taknormal. Mereka pun dipisahkan dengan Quynh yang ditenggelamkan di samudera.

Melihat pelaku sejarah yang melewati zaman demi zaman memberi rasa menarik tersendiri. Teringat kembali obrolan hangat John Oldman bersama teman-teman profesornya dalam The Man from Earth (2007) yang membahas sejarah dari prespektifnya. Bagi John, hidup taklagi menarik karena sejarah yang terlahir hanyalah doktrin sebagian manusia saja. Sementara bagi Andy, masa lalu hanyalah peperangan demi peperangan, yang membuatnya kelelahan berumur panjang.

Saat tubuh Andy takmampu lagi beregenerasi pada akhir film, pertaruhan nyawanya menimbulkan konflik yang menarik. Namun, lagi-lagi kegaringan cerita muncul lagi saat Copley menyambung-nyambungkan segala kebaikan yang pernah dilakukan Andy. Hal ini dimaksudkan sebagai jawaban bagi Andy yang merasa umur panjangnya tidak berguna, tetapi klise sekali presentasinya sehingga terkesan mendewakan sosok Andy.

The Old Guard (2020) sebenarnya memiliki potensi besar sebagai film pahlawan super alternatif dari dominasi Marvel dan DC. Sayangnya, potensi tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik dengan menciptakan drama-drama yang garing. Padahal, unsur aksi dalam film ini menarik karena kemampuan regenerasi karakter-karakternya. Secuil adegan paskakredit pada akhir film ternyata dapat membuat kita cukup penasaran melihat sekuelnya walau film ini tidak menarik.

Baca juga: The Half of It (2020): Penyesuaian Tanpa Pemaksaan

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan