Review Film Only (2019): Perasaan Melawan Logika

1
1894
Review Film Only (2019): Perasaan Melawan Logika

Film-film yang membahas tentang pandemi menjadi bahasan menarik saat peristiwanya benar-benar tengah terjadi. Salah satunya ialah film Only (2019) karangan Takashi Doscher. Dalam film ini, duet Freida Pinto dan Leslie Odom Jr. sebagai pemeran utama membawa pertentangan unik antara perasaan melawan logika.

Pada saat pandemi Korona berlangsung, masyarakat pasti tahu bagaimana beratnya menjalani isolasi diri di rumah. Kesulitan berinteraksi dengan orang-orang tercinta dan menjalani pekerjaan seperti biasanya menyebabkan stres, bahkan dampak besarnya bisa memicu terjadinya depresi. Hal inilah yang coba diartikulasikan tokoh Eva yang diperankan oleh Freida Pinto dalam film Only.

Dikisahkan muncul pandemi yang disebabkan oleh hujan debu yang hanya menyerang para perempuan di dunia ini. Imbasnya, perempuan menjadi makhluk langka. Setelah beberapa tahun sejak kejadian pertama, pemerintah mencari perempuan yang tersisa untuk mengembangkan sel telur mereka. Sementara itu, sepengetahuan Eva, dirinya merupakan perempuan terakhir di dunia ini. Alhasil, Iming-iming sayembara dari pemerintah dengan hadiah dua juta dolar AS bagi seseorang yang mampu memberikan perempuan ke pemerintah membuat Eva diburu.

Dalam proses penceritaan, Eva mengalami betapa beratnya terisolasi. Dirinya hampir dua tahun menjalani isolasi di rumah dan tidak keluar rumah. Dalam hatinya, Eva sangat ingin keluar rumah dan tidak memedulikan bahaya yang dapat menghampiri dirinya. Namun, adanya tokoh Will (Leslie Odom Jr.) membuat Eva takbisa keluar rumah.

Will merupakan kekasih Eva sejak pertama kalinya pandemi muncul Pada hari pertama pandemi terjadi, Will kehilangan saudara perempuannya. Sejak saat itu, Will menjadi sangat protektif terhadap kekasihnya tersebut. Ia menyiapkan berbagai macam hal di rumahnya untuk melindungi Eva dan mengisolasinya di rumah. Bahkan, interaksi Eva dibatasi, kecuali lewat obrolan di forum internet yang tidak boleh menyebutkan identitas masing-masing.

Jika sosok Eva menggambarkan perasaan dikekang dalam masa isolasi, sosok Will menggambarkan logika dari proteksi yang ia lakukan. Namun, proteksi yang dilakukan Will pun bukan murni digerakkan oleh logikanya semata. Perbuatannya didasarkan oleh rasa gusar kehilangan Eva, orang yang paling dicintainya.

Pertentangan antara logika Will dan perasaan Eva menjadi sorotan utama yang menarik dalam film Only (2019). Pinto yang sudah kita kenal dari film Slumdog Millionaire (2008) dan Rise of the Planet of the Apes (2011) memberikan alunan emosi yang baik walau kurang terlihat stres bagi orang yang dikekang selama bertahun-tahun. Yang disayangkan, karakter Eva terasa terlalu mementingkan perasaannya saja. Selain itu, ada beberapa momen yang membuat kita merasa kesal saat ia melawan Will.

Jika melihat sosok Will, proteksi yang dilakukan karakter ini memang masuk akal. Ia juga tidak semena-mena menyerahkan Eva ke pemerintah demi uang agar kekasihnya tidak jadi kelinci percobaan. Pada akhir film, Will sempat dibuat bingung dengan alasan proteksinya terhadap Eva dan yang paling krusial, perasaan cintanya. Ia mungkin digerakkan oleh logikanya semata dan menjadi takmemiliki kepekaan pada rasa depresi Eva yang terkekang.

Dilihat seperti ini, film Only (2019) merupakan film roman unik yang memiliki kompleksitas yang baik. Takashi Doscher menulis ceritanya dengan baik, tetapi kurang maksimal dalam menampilkan visualnya. Pemilihan nuansa yang dingin memang pilihan yang tepat, tetapi sepanjang film terasa datar. Di samping itu, dalam nuansa dingin tersebut, kurang terasa cekaman yang berarti, kecuali pada adegan awal datangnya militer ke rumah Will-Eva dan saat orang tua Eva menelepon untuk menanyakan kabarnya. Selebihnya, akhirannya agak tanggung walaupun visualnya indah.

Pada akhirnya, Doscher masih bisa mengasah lagi kemampuan penyutradaraannya. Ia mengerti cela yang tepat dalam menulis dan memiliki potensi dalam menyutradarai. Ia telah menunjukkan keunikannya dalam film fiksi panjang ketiganya ini, tetapi masih perlu perbaikan dalam urusan alunan emosi dan penggunaan kilas balik cerita.

Infografik Review Film Only (2019): Perasaan Melawan Logika oleh ulasinema

Baca juga: Blood Quantum (2019): Pribumi Amerika Melawan Zombi

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan

Tonton keseruan film Only melalui aplikasi