Review Film Blood Quantum (2019): Pribumi Amerika Melawan Zombi

1
1464
Review Film Blood Quantum (2019): Pribumi Amerika Melawan Zombi

Gagasan unik Jeff Barnaby dalam filmnya, Blood Quantum, menghadirkan ide segar dalam film bergenre zombi. Dengan menghadirkan pribumi Amerika yang kebal gigitan zombi, bobot film tidak hanya darah dan pertarungan saja. Ada gagasan yang ditanam serta pengembangan karakter yang menarik.

Pandemi korona yang terjadi pada awal tahun 2019 mengingatkan betapa rentannya kita terhadap virus mematikan. Situasi ini mengingatkan kita kepada film-film yang membahas penyebaran virus, salah satunya, yaitu film tentang zombi. Subgenre dari horor dan cekaman ini kerap memicu adrenalin dan memiliki penggemar tersendiri.

Pada awalnya, film-film zombi hanya menawarkan darah dan cekaman saja, tetapi sejak awal abad ke-21, kita melihat beberapa film jenis baru dari subgenre ini. Dimulai dari percampuran dengan sains dalam 28 Days Later (2002), lalu komedi hebat Shaun of the Dead (2004), dan akhir-akhir ini cekaman super-menarik dari film asal Korea, Train to Busan (2017). Pada serial televisi, kita pasti tahu The Walking Dead yang sudah ditayangkan bermusim-musim.

Jika Anda sudah bosan dengan The Walking Dead yang begitu-gitu saja, tetapi ingin suasana serupa, Blood Quantum bisa jadi film pilihan. Film ini berkisah tentang sebuah kota kecil di Kanada yang diserang zombi. Pada kota kecil yang sebagian besar penduduknya merupakan etnis pribumi Amerika, mereka justru kebal terhadap gigitan zombi.

Pribumi Amerika Kebal Gigitan Zombi

Blood Quantum berpusat pada keluarga pribumi Amerika, Traylor (Michael Greyeyes) yang memiliki dua orang anak dari dua istri berbeda, yakni Lysol (Kiowa Gordon) dan Joseph (Forrest Goodluck). Traylor sendiri kepala polisi di kotanya, ia pun memimpin kelompok orang yang selamat. Ia dibantu ayahnya dan mantan istrinya yang merupakan ibu Joseph.

Film ini menunjukkan kejadian-kejadian pada awal terjadinya kiamat zombi dengan perlahan. Menariknya fokus utamanya ialah karakter-karakternya sendiri. Traylor tidak akur dengan kedua anaknya yang sering ditangkap polisi. Lysol layaknya anak yang takterurus dan badung, sedangkan Joseph senang bersama saudara tirinya. Joseph sendiri punya pacar beretnis Kaukasian yang sedang hamil.

Kiowa Gordon berperan sebagai Lysol dalam Blood Quantum (2019)

Enam bulan sejak pertama kalinya wabah ZED (sebutan zombi dalam film ini) menyerang, keluarga Traylor membuat tempat perlindungan dan jadi pemimpinnya. Tempatnya terkenal, banyak orang berdatangan dan Joseph menolong mereka. Lysol tidak suka karena saudaranya ini kerap membawa orang-orang Kaukasia yang bisa membahayakan kelompok. Saat salah satu orang yang tidak kebal tergigit dan masuk ke dalam kelompok mereka, kekacauan terjadi.

Konteks Kolonialisme

Jelas sekali ada konteks tentang kolonialisme yang ingin dibangun oleh Jeff Barnaby di sini. Dalam wawancaranya di Toronto International Film Festival 2019, Barnaby pun mengakui bahwa Blood Quantum ia gunakan untuk “mengontekstualisasi kolonialisme dan trauma masa lalu agar dapat dicerna untuk masa depan.”

Gagasannya sangat menarik. Kita melihat tokoh Joseph yang lebih mudah berasimilasi mungkin karena masih mendapat perhatian kedua orangtua mereka. Sementara itu, Lysol yang sebagian besar hidupnya tidak mendapatkan perhatian mungkin lebih sulit untuk menerima satu sama lain. Dari kelompok pertemanan Lysol, terlihat ia lebih memilih orang-orang etnisnya.

Selain gagasan yang sangat menarik, pembentukan karakter menjadi keunggulan utama Blood Quantum. Penyelipan dialog-dialog berbahasa Mi’kmaq menambah keorisinalitasan film ini. Sayangnya, beberapa aktornya tampil kurang maksimal dan agak kaku. Di antara semuanya, Lysol yang diperankan oleh Gordon tampil paling maksimal.

Sementara itu, tata artistik dan kostum bergaya punk yang menjadi ciri khas film-film pascakiamat juga tampil keren. Aksinya pun memberikan ketegangan tersendiri. Hanya saja, ada ketidakseimbangan dengan drama film dan durasinya terasa kurang sehingga klimaksnya agak tanggung.

Bagaimanapun, Blood Quantum merupakan film yang dapat memperkaya tontonan kita melihat dari gagasannya yang begitu menarik. Mungkin ada kekurangan yang sepertinya terbatas dari sumber daya. Namun, pas jika Anda penggemar subgenre zombi dan senang melihat pendalaman karakter yang baik.

Infografik Review Film Blood Quantum (2019) oleh ulasinema.

Baca juga: Sea Fever (2019): Kengerian Bersumber dari Anomali

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan

Tonton keseruan film Blood Quantum melalui aplikasi