Review Film The Good Nurse (2022)

0
259
Review Film The Good Nurse (2022)

Kaitan tubuh sebagai objek yang perlu disembuhkan nyatanya tidak lepas dari berbagai kepentingan. Sebagai bagian bisnis, bidang kesehatan disergap ambisi laba. Isu inilah yang hadir dalam The Good Nurse (2022).

Buah karya Tobias Lindholm ini memotret jungkir-balik kehidupan perawat. Kisah yang diangkat dari kisah nyata ini berpusat pada Amy (Jessica Chastain). Ia mengalami beberapa hambatan hidup: berpisah dengan suami, membesarkan dua putri dengan keterbatasan, dan menderita penyakit jantung yang kian mengerogotinya—diperparah dengan tidak adanya asuransi kesehatan.

Dalam kemalangan tersebut, perawat rekrutan baru rumah sakit tempat ia bekerja, Charles (Eddie Redmayne), berempati dan hadir menjadi bagian sistem pendukung Amy. Namun, jalinan tersebut cukup menyiksa Amy kala kejahatan yang dikaitkan dengan Charles perlahan-lahan kian tersingkap. Dalam tegangan antara profesi dan persahabatan, Amy terhimpit dan harus memilih sikap.

“Diagnosis”

Suatu malam, pasien lansia yang dirawat Amy tidak mampu melewati masa kritis. Terdapat hormon insulin yang takwajar dalam tubuhnya yang menyebabkan kasus kematian. Dengan dalih mendahulukan prosedur investigasi internal, tujuh pekan selepas kematian, pihak rumah sakit baru melaporkannya—sebagai bentuk formalitas. Dengan jenazah yang sudah dikremasi, detektif sulit untuk menguak tabir kebenaran—serupa menegakkan benang basah.

Sikap yang mengabaikan kode etik dan empati pada keluarga pasien ini dipilih rumah sakit untuk menyelamatkan “wajahnya” dan semua kepentingan bisnisnya. Alhasil, alih-alih membantu penyelidikan, berbagai dokumen dan keterangan yang diberikan rumah sakit kepada detektif tidak paripurna. Kondisi ini memantik hubungan yang menegang antara pihak rumah sakit dan detektif.

Dalam tensi tersebut, penyelidikan mulai mendapat titik cerah kala ditemukan kasus kematian baru yang takkalah mencurigakan. Dalam teka-teki yang masih mengabur, Charles, kolega Amy yang baru bekerja di rumah sakit tersebut, dicurigai. Dari data yang dihimpun, ada sembilan rumah sakit yang pernah mempekerjakannya. Seluruh rumah sakit menolak memberi keterangan. Atas nama kerahasiaan, Charles taktersentuh.

Berdasarkan kisah tersebut, film bergenre thriller ini hadir secara memikat. Melalui The Good Nurse, ibarat tubuh yang sakit, Lindholm dengan lihai “mendiagnosis” bahwa bidang kesehatan memiliki banyak soal yang perlu “disembuhkan”: kesejahteraan tenaga kesehatan, kode etik dan hukum, serta belenggu kepentingan bisnis. “Penyakit-penyakit” tersebut digambarkan sudah kronis. Selain itu, “kekebalan” yang dimiliki rumah sakit nyatanya dapat “merusak” dirinya sendiri.

Empati dan Kejahatan

Dalam kisah ini, penokohan Charles amat paradoks. Sebagai sosok perawat, ia tega melakukan pembunuhan berencana terhadap pasien-pasiennya. Di sisi lain, ia ditunjukkan sebagai pria yang amat peduli terhadap koleganya, Amy, dan kedua anak perempuan tersebut yang baru dikenalnya. Oleh sebab itu, kejahatan yang dilakukannya takterpahami Amy dan tim detektif, bahkan diri Charles sendiri. Hal ini digambarkan melalui puncak adegan: Charles kehilangan kata-kata saat menjelaskan motif kejahatannya—yang diaktingkan secara menawan oleh Eddie.

Terkait kejahatan tersebut, nilai empati Charles sebagai pribadi—lebih-lebih sebagai perawat—ditagih dan dipertanyakan. Dalam kasus Charles, kehadiran empati dapat dikaitkan dengan kondisi stres seseorang. Makin tinggi tingkat stres, makin rendah nilai empati—serta sebaliknya. Oleh sebab itu empati tidak konstan. Kondisi tersebut juga dapat terjadi pada tenaga kesehatan, termasuk Charles.  Keruwetan problem yang dialami Charles menyebabkannya defisit empati. Serupa Amy, ia mengalami berbagai hambatan hidup: hubungan yang kandas dengan pasangan, hak asuh anak yang tidak dimilikinya, dan masalah kejiwaan yang takterobati.

Sementara itu, empati Charles pada Amy lebih didasari atas kesamaan nasib dan latar. Dalam kasus ini, makin banyak kesamaan latar, makin tinggi nilai empati seseorang—begitu pula Charles. Pada pengisahan, keduanya senasib sepenanggungan: perawat yang telah mengalami rasa perpisahan dengan pasangan masing-masing dan memiliki dua anak yang perlu dibesarkan. Sementara itu,  hubungan yang jauh antara Charles dengan pasiennya membuatnya kehilangan empati dan welas asih.

Dengan demikian, The Good Nurse (2022) tidak hanya mengupas persoalan pada bidang kesehatan, tetapi juga memaknai nilai empati dan kejahatan. Film yang memuat adu akting Jessica Chastain & Eddie Redmayne ini juga menunjukkan pengorbanan perawat dalam menjalankan tugasnya—termasuk kehilangan banyak waktu bersama keluarganya sebab panggilan hatinya untuk sesama begitu kuat.

Baca juga: To the Bone (2017): Anoreksia dan Konstruksi Tubuh Perempuan

Penulis: Anggino Tambunan
Penyunting: Muhammad Reza Fadillah