Setelah satu setengah tahun alpa, serial Stranger Things kembali dan memasuki musim ketiga. Kali ini, musuh yang harus dihadapi El dan kawan-kawan bukan hanya dari dimensi yang berbeda. Mereka harus menghadapi Rusia juga, musuh Amerika pada Perang Dingin.
Serial Stranger Things musim ketiga berlatar waktu satu tahun setelah kejadian El menutup gerbang ke dimensi lain yang disebut Upside Down. Kejadian ini merupakan resolusi utama dari musim kedua Stranger Things. Lalu, musim ketiga ini dibuka dengan menampilkan pihak Rusia, atau bisa disebut Uni Soviet pada saat itu, yang sedang membuka gerbang menuju Upside Down.
Menggunakan Rusia sebagai musuh memang strategi yang agak kolot. Memang bisa dimengerti bahwa Rusia merupakan musuh Amerika pada Perang Dingin yang terjadi saat itu, yaitu tahun 1985. Namun, strategi gunakan Rusia sebagai musuh Amerika dalam film yang diproduksi oleh Amerika memang bukan hal baru. Konflik seperti ini sudah terjadi dalam ribuan film lainnya sehingga tidak memberikan hal baru. Singkatnya: membosankan.
Yang lebih sulit dimengerti lagi, yaitu fasilitas besar Rusia yang bertempat di Hawkins. Fasilitas besar ini dibangun di bawah tanah Hawkins yang dipimpin oleh walikota yang korup bisa sedikit dimaklumi. Namun, bagaimana Rusia bisa memasukkan ratusan tentaranya, menyuplai barang-barangnya, terutama amunisi dan berbagai macam hal lainnya yang kurang masuk akal.
Bagaimanapun, Stranger Things musim ketiga ini berhasil memperbaiki banyak hal dari musim kedua mereka yang terkesan aneh. Misalnya, ruang yang diberikan untuk perkembangan karakter cukup banyak. Hal tersebut mulai dari Will yang tidak merasa dirinya dianggap saat teman-teman mereka selalu berbicara tentang perempuan. Lalu, Mike dan Lucas selalu membicarakan sulitnya memahami perasaan El dan Max, kekasihnya. Sementara itu, Dustin yang baru pulang dari Science Camp terpisah dari mereka karena coba menghubungi kekasih yang ia kenal saat kepergiannya.
Begitu juga dengan hubungan Platonik antara Jim dan Joyce. Mereka berdua saling perhatian dan ada intrik roman, tetapi hubungan mereka justru lebih meninggalkan kesan kakak-adik ketimbang kekasih. Jangan lupakan juga menariknya hubungan unik antara Dustin dan Steve. Keduanya jadi semakin akrab karena Dustin merasa dikucilkan teman-temannya. Ditambah lagi dengan pendewasaan karakter El ketika Jim merasa dirinya terlalu banyak menghabiskan waktu dengan Mike. El pun mengeksplorasi identitasnya dan semakin membentuk dirinya, terlepas dari pengaruh Jim dan Mike, setelah diajak keluar oleh Max.
Kemustahilan segelintir masyarakat Hawkins bisa membobol fasilitas rahasia Rusia pun pada akhirnya bisa dimaklumi. Penulisan Duffer Brothers dibuat semenarik mungkin sehingga kita melupakan hal-hal seperti ini. Secara keseluruhan, aksi serial pada musim ketiga ini sangat menarik dan menyenangkan.
Resolusi dari konflik pada musim ketiga ini juga tidak menggunakan repetisi yang sama dibanding kedua musim sebelumnya. Dalam dua musim awal Stranger Things, El selalu menjadi penyelamat kota Hawkins. Kali ini, El kehilangan kekuatan supernya karena terlalu banyak ia gunakan saat melawan monster dari Upside Down. Akhirnya, Jim dan Joyce menutup portal ke Upside Down dan salah satu dari mereka harus kehilangan nyawanya.
Menarik dilihat cara serial ini melebarkan skala mereka nantinya setelah akhiran musim ini yang sepertinya takkan hanya terpusat di Hawkins saja. Pasalnya, hal paling menarik dari serial ini, yaitu kehidupan sederhana masyarakat Hawkins dan cara mereka bereaksi menghadapi kejadian dengan skala masif. Apalagi, pascakredit serial yang mengimplikasikan bahwa musim keempat akan berkutat melawan Rusia/Uni Soviet lagi. The Duffer Brothers dan Netflix harus lebih cermat lagi untuk lebarkan skala serial ini.
Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan
Sumber gambar: IMDb.com