Ulasan Pariban: Idola dari Tanah Jawa (2019)

0
1735
Ulasan Pariban Idola dari Tanah Jawa (2019)

Pariban: Idola dari Tanah Jawa merupakan film teranyar yang disutradarai oleh Andibachtiar Yusuf. Sutradara satu ini belum lepas dari kesuksesannya menggarap Love for Sale (2018). Mengambil tema menarik dengan jajaran aktor, seperti Ganindra Bimo, Atiqah Hasiholan, dan Rizky Mocil, film ini memfokuskan diri pada unsur komedi.

Sebelum membahas Pariban: Idola dari Tanah Jawa lebih jauh, mungkin lebih tepat jika membahas apa itu pariban. Secara kasarnya, pariban dapat diartikan sebagai sepupu. Namun, pariban bukan sekadar sepupu, melainkan sepupu yang bisa dijodohkan dengan pariban-nya juga. Untuk laki-laki, pariban-nya berasal dari saudara laki-laki ibu. Sementara bagi perempuan, pariban-nya anak laki-laki dari saudara perempuan ayahnya.

feature-pariban-1300x500

Konsep pariban ini sangat unik, suatu hal yang mungkin tak terlalu banyak orang Indonesia yang tahu. Bagi orang Batak, konsep pariban mungkin tak asing. Namun, bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, perkawinan dengan sepupu sendiri mungkin terdengar kurang lazim.

“(Pariban) merupakan film komedi romantis yang dapat dinikmati semua kalangan, dengan dibalut unsur budaya Batak yang khas dan unik,” seperti itulah visi produser film Pariban, yakni Agustinus Sitorus.

Dari kalimat pernyataan sang produser, kita sudah tahu bahwa fokus utama film ini merupakan komedi romantis. Dengan menggunakan aktor-aktor, seperti Ganindra Bimo, Atiqah Hasiholan, dan Rizky Mocil, fokus film ini semakin terlihat. Walaupun terlihat ada usaha keras untuk menderaskan unsur komedi, kira-kira 60% unsur komedi film ini berhasil.

IMG-20190112-WA0015

Jika komedinya berhasil, hal yang paling disorot ialah pembawaan para aktornya yang cukup mengejutkan. Dari awal film, Ganindra Bimo coba berkomunikasi langsung dengan penonton dan menarasikan singkat hidupnya. Sepanjang film pun akting dari aktor utama ini sebagai Moan sangat dominan, gestur, dan tingkah-lakunya sangat pas. Bahkan, kita takperlu menunggu Rizky Mocil, yang terbiasa mainkan film komedi, untuk tertawa.

Akting yang kuat dari aktor utama dalam film ini tentunya mengingatkan kita pada film Andibachtiar Yusuf sebelumnya, yaitu Love for Sale.  Pada film tersebut, Gading Martin memberikan performa menarik sebagai bujangan tua di kota Jakarta. Ada juga perbandingan karakter wanita utama yang ada dalam kedua film. Karakter yang diperankan oleh Atiqah Hasiholan dalam film Pariban gelagatnya mirip dengan karakter yang diperankan oleh Della Dartyan dalam Love for Sale. Keduanya terlihat sempurna, cantik, murah senyum, dan memiliki kesan baik dalam setiap dialog yang mereka tuturkan.

Sayangnya, ada banyak unsur yang sepertinya ditinggalkan dalam film ini. Banyak sekali hal yang bisa dibahas mengenai pariban dan budaya Batak itu sendiri. Memang, menggunakan Danau Toba sebagai latar film merupakan suatu hal yang memikat dan enak untuk dilihat pemandangannya—walaupun perpindahan adegan yang menggunakan lanskap latar film terlalu banyak sehingga terlihat monoton. Di satu sisi, kita tak banyak mendapatkan konstruksi kehidupan masyarakat suku Batak itu sendiri dalam film ini.

Selain itu, sangat disayangkan juga bahwa pendewasaan karakter Moan tiba-tiba sirna dalam film ini. Ada harapan bahwa karakter Moan akan memiliki pribadi yang lebih baik ketika pulang ke Jakarta. Namun, adegan saat Moan membatalkan lamarannya kepada pacarnya memberikan kesan konyol. Dalam artian karakter ini masih sama saja, padahal ketika berada di Sumatera Utara terlihat dirinya sudah berubah sedikit. Akting kuat dari Ganindra Bimo terkesan sia-sia.

uyf

Akting jajaran aktornya cukup mengejutkan karena terlihat meyakinkan. Sayangnya, skenario film yang buruk kurang mendukung akting hebat mereka. Film ini lebih efektif jika Anda hanya ingin mencari hiburan semata. Namun, jika Anda berharap dapat banyak hal dari budaya Batak, Pariban: Idola dari Tanah Jawa ini kurang bisa memuaskan hal tersebut.

Baca juga: Kucumbu Tubuh Indahku (2018): Mengeja Ulang Makna Tubuh

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan