Review Film Bring Her Back (2025): Drama dengan Elemen Sinting

0
29
Review Film Bring Her Back (2025): Drama dengan Elemen Sinting

Lanjutkan debut hebatnya dalam Talk to Me (2022), Danny Philippou dan Michael Philippou kembali berhoror ria dengan Bring Her Back (2025). Dibintangi oleh Sally Hawkins, film ini kisahkan dua anak remaja yang kehilangan ayahnya dan mencoba beradaptasi. Walau awalnya dominan drama, bersiaplah untuk elemen horor sinting yang menggebrak.

Usai kematian ayahnya, Andy (Billy Barratt) dan adik tirinya, Piper (Sora Wong), harus mencari orang tua asuh karena mereka masih di bawah umur. Pekerja sosial pun mencarikan wali yang tepat, yakni Laura (Hawkins). Ternyata, Laura baru kehilangan anak perempuan yang sama seperti Piper, yaitu memiliki keterbatasan penglihatan.

Tanpa adegan mengerikan yang direkam dari camcorder pada awal film, kita mungkin akan terjebak persepsi bahwa film ini tentang drama dua remaja yang kehilangan ayahnya. Visual kematian sang ayah pun dibuat menjijikan, menjaga elemen horor film ini sebelum diterpa drama 40 menit. Elemen horor ini pun perlahan masuk dalam sosok Ollie (Jonah Wren Phillips), seorang anak berambut botak kurus yang juga diasuh Laura.

Jika ini memang fokus kepada drama, maka Philippou bersaudara telah menampilkan kisah yang bagus. Fokus kepada remaja yang kehilangan sosok orangtua dan adaptasi mereka ke rumah baru menimbulkan ketidaknyamanan. Apalagi, masalah kepercayaan terhadap orangtua baru yang notabene mereka belum kenal sama sekali. Tegangan yang diciptakan sosok Andy dan Laura pun bagus.

Keduanya pun mulai berdamai usai menghabiskan semalaman bermabuk dan bernyanyi ria bersama Piper. Namun, keanehan perlahan disisipkan mulai dari Laura yang memaksa Andy mencium mayat ayahnya di pemakaman. Usai bersenang-senang dan melepas keraguan satu sama lain, Philippou mulai menanamkan elemen horor.

Keanehan-keanehan Laura dan Ollie pun perlahan terungkap. Film yang awalnya punya tendensi untuk menjadi cerita drama keras dalam nuansa dingin malah berubah jadi kisah sinting. Misteri Laura yang sangat menyayangi Piper ternyata bukan karena kemiripannya dengan anaknya, tetapi ada keinginan lebih yang menggunakan metode kelam.

Walaupun kita mungkin sudah menebak beberapa misteri yang disimpan, pengungkapannya tetap membuat kita garuk-garuk kepala. Danny Philippou dan Bill Hinzman rasanya menulis skenario secara perlahan, lalu seiring cerita berkembang dan ide-ide liar masuk, semua fantasi gilanya dimasukkan. Pewujudan kegilaan ini pun hanya bisa membuat kita terkagum. 

Semua ini bisa berhasil karena konstruksi cerita awalnya yang kuat. Duka menjadi alat utama untuk menggerakkan cerita dan karakter-karakternya dapat merefleksikannya dengan apik. Andy dan Piper pun ciptakan rasa ketidaktentuan dan kegelisahan yang diperankan dengan konkret oleh Barratt dan Wong. Belum lagi masih disimpannya misteri masa lalu Andy yang berhubungan dengan Piper. Perlahan yang kita tahu penggerak Andy berdasarkan duka berubah menjadi rasa salah.

Hal yang membuat lebih spesial bagi Wong ialah ini debut aktingnya. Karakterisasinya pas dan dia terasa luwes, terutama koneksinya dengan Andy. Tentang akting, mungkin kita tidak boleh melupakan betapa briliannya seorang Sally Hawkins. Kita tahu dia hebat, tetapi dengan skenario yang sangat pas, karakter lugunya, dan adanya misteri sinting yang tersimpan dalam diri Laura, Hawkins tampil fantastis.

Saat mencapai klimaks, Bring Her Back takmalu-malu lagi  mempertontonkan elemen horornya. Adegan-adegan menjijikkan ditampilkan dan tempo cerita pun mengebut. Penonton pun diteror bertubi-tubi dengan visual mengerikan. Namun, kengerian tiada henti ini membuat kita taknyaman dan penonton harus menempelkan diri di kursi lebih kuat. Selain itu, mungkin tampilan camcorder di awal film terasa sia-sia karena misteri dari mana asalnya takbanyak diungkap.

Dengan kekurangan yang hanya sedikit, Bring Her Back (2025) menegaskan kembali kemampuan Philipou bersaudara. Sutradara bersaudara ini sukses ciptakan drama dan horor yang sangat seimbang, dengan kekuatan akting yang mumpuni dari semua pemerannya, terutama Hawkins. Film ini bisa jadi salah satu film terbaik pada tahun 2025 ini.

Infografik Review Film Bring Her Back (2025): Drama dengan Elemen Sinting

Baca juga: Talk to Me (2022) – Depresi, Delusi, Skizofrenia

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Farhan Iskandarsyah