Hidden Figures (2016) dan Bersinarnya Film-Film Kulit Hitam

0
1418
Hidden Figures (2016) dan Bersinarnya Film-Film Kulit Hitam

Mari kesampingkan Moonlight (2016) sebab ada sebuah ‘film kulit hitam’ yang tak kalah bersinar pada tahun 2016: Hidden Figures. Film garapan Theodore Melfi ini tidak dapat kita lewatkan karena temanya membahas tentang isu rasial dan gender. Apalagi, ceritanya menyangkut instansi besar sekaliber NASA.

Hidden Figures berkisah tentang tiga wanita kulit hitam yang bekerja di NASA. Ketiga wanita kulit hitam ini memiliki peranan penting dalam pencapaian Amerika mendaratkan manusia di bulan. Mereka adalah Katharine Goble (Taraji P. Henson), Dorothy Vaughan (Octavia Spencer), Mary Jackson (Janelle Monáe). Katharine menjadi ‘komputer’, tugasnya yaitu menghitung rumus-rumus penting agar NASA berhasil mengirim manusia ke luar angkasa. Dorothy, pengawas wanita-wanita kulit hitam yang nantinya memegang peranan penting dalam mengoperasikan IBM, komputer NASA. Serta Mary insinyur wanita pertama di NASA.

Pada film berlatar perang dingin Amerika dan Uni Soviet kita melihat ‘batas’ nyata antara orang kulit hitam dan kulit putih. Pemisahan gedung contohnya, di NASA orang kulit hitam tidak boleh berbagi gedung dengan orang kulit putih. Bahkan, gedung tempat orang kulit hitam bekerja ditaruh jauh dari gedung utama. Alasannya simpel: tidak sederajat. Kasta yang dibangun tanpa penjelasan rasional ini memang sudah berlangsung sejak lama. Yang disediakan Hidden Figures adalah sebuah bagian kecil dari representasi isu rasial di Amerika. Namun, sebagian kecil itu sangatlah penting.

Tidak hanya isu rasial, isu kesetaraan gender juga diungkapkan dalam film ini. Katharine harus bekerja dengan seluruh lelaki kulit putih di ruangannya. Satu-satunya wanita selain Katharine di ruangan tersebut hanya sebatas ‘sekretaris’. Peranan Mary juga tidak bisa dilupakan. Pada masa itu, seorang wanita insinyur merupakan hal yang sangat asing. Kata insinyur sendiri saat itu dianggap sebagai nomina maskulin

Setidaknya, ada tiga film yang berpusat pada kehidupan orang kulit hitam yang dinominasikan pada kategori film terbaik Oscar tahun 2016. Film-film tersebut adalah Moonlight, film terbaik Oscar besutan Barry Jenkins, Fences besutan aktor ternama Denzel Washington, serta Hidden Figures. Ketiga film tersebut memiliki batas kulit hitamnya masing-masing. Moonlight bersinar hitam dengan produksi yang hampir seluruhnya orang hitam, Fences yang tidak memandang keluar pagar hitam. Hidden Figures sendiri memberikan batas nyata antara orang kulit hitam dengan kulit putih ketika kedua film yang disebut sebelumnya tidak memperlihatkan orang kulit putih.

Formula kulit hitam yang tertindas pada film mungkin bukan hal baru. Beberapa tahun ke belakang kita dipertunjukkan dengan beberapa film yang membahas isu rasial ini. Tentu kita tidak bisa melupakan kemenangan 12 Years a Slave (2013) yang sangat menyentuh. Sayang saja keberadaan film yang membahas isu rasial memang cukup awut-awutan di mata Academy Awards dalam kurun waktu sepuluh tahun ke belakang, bahkan beberapa tahun sebelumnya juga. Misalnya tahun lalu (2015), Academy Awards dikritik keras karena memenangkan kulit putih seluruhnya. Pada tahun 2014,  Selma tidak diberi perhatian lebih. Padahal film tersebut memuat kisah perjuangan Martin Luther King Jr., dalam membela hak orang kulit hitam di Amerika.

Lalu, apa yang membuat Hidden Figures bisa dikatakan spesial? Film ini membahas dua isu yang sangat populer di dunia saat ini: rasial dan gender. Apalagi, keduanya merupakan hal yang memang lebih banyak ditindas: kulit hitam dan wanita. Jika dibandingkan dengan pesaingnya seperti Moonlight dan Fences, menurut saya Hidden Figures masih kalah dalam segi kualitas. Namun, dari segi hiburan Hidden Figures berada di atas kedua film tersebut. Mungkin saat ini biopik seperti Hidden Figures yang membahas isu mendalam dengan pembawaan yang segar dan tidak terlalu berat dibutuhkan. Terutama untuk anak-anak muda yang belajarnya masih terikat dengan instansi sekolah.

Penulis       : Muhammad Reza Fadillah
Penyunting : Anggino Tambunan