Yorgos Lanthimos: Akrobatik Manusia Mengakali Hidup

0
180
Yorgos Lanthimos: Akrobatik Mengakali Hidup

Sutradara asal Yunani, Yorgos Lanthimos, telah dikenal sebagai sineas yang kerap menciptakan peristiwa “ajaib” dalam film-filmnya–tidak jarang memancing decak keheranan. Teranyar, karya Lanthimos, Poor Things (2023), dianugerahkan Golden Lion di Festival Film Venesia 2023. Mari kita tilik beberapa karyanya.

Dogtooth (2009)

Dalam Dogtooth, ia memerangkap kita dengan gagasan bahwa alih-alih sesak kasih, keluarga dapat mengubah energi cinta menjadi posesif dan takut. Melalui film Yunani pertama yang masuk seleksi  Festival Film Cannes ini, ia menyingkap bahwa cinta dapat maujud dalam bentuk-bentuk yang absurd.

Film ini mengisahkan seorang ayah yang membesarkan ketiga anaknya dengan “metode khusus”. Mereka bersaudara sejak lahir diasingkan dari kehidupan luar untuk menangkal pengaruh negatif—termasuk diharamkan untuk mengetahui kata kasar—dan dilatih dengan berbagai kemampuan untuk bertahan hidup. Mereka mesti mengikuti seabrek aturan harian yang dibuat sang ayah mereka hingga gigi mereka tanggal—tanda mereka sudah bisa “dilepaskan”.

The Lobster (2015)

Ide latar cerita yang terisolasi juga dimanfaatkan kembali oleh Lanthimos pada film The Lobster,yang dibintangi Colin Farrell dan Rachel Weisz. Sang tokoh utama, David (Farrell), mesti mengikuti “program khusus” untuk mendapatkan pasangan di sebuah hotel terpencil. Dalam proses tersebut, ia dan para peserta lainnya diberi waktu 45 hari untuk mendapat pasangan. Bila sampai waktu yang ditentukan tidak berhasil, mereka akan dilepas ke alam dan menjadi binatang yang diburu—tokoh utama memilih  menjadi “lobster”.

Secara brilian, kisah ini menunjukkan bahwa seseorang kerap berada dalam tekanan dan kontrol masyarakat terkait kehidupan pribadinya—misalnya kapan berumah tangga. Masyarakat pun kerap mendefinisikan relasi antarpribadi terkait mana yang pantas dan tidak pantas. Dalam pelarian, digambarkan, tokoh utama jatuh hati perempuan “yang tidak dapat melihat” (Weisz). Dilema menyambanginya. Mestikah dia menghilangkan daya lihatnya juga untuk memahami cinta yang sebenarnya sehingga keduanya dapat menutup mata dari “tatapan” masyarakat? Adegan simbolik ini amat menarik dan membuka ruang penafsiran.

The Favourite (2018)

Berdasarkan dua film di atas, Lanthimos, dengan kentara, menunjukkan gagasan akrobatik  manusia dalam bertahan hidup. Hal ini juga masih dieksplorasi Lanthimos dalam film The Favourite yang memuat adu akting tiga aktris andal: Olivia Colman, Emma Stone, dan Rachel Weisz. Dua tokoh perempuan saling berebut kepercayaan sang ratu. Sang penasehat ratu, Lady Sarah (Weisz), dan sang pelayan baru, Abigail (Stone), terlibat dalam intrik perebutan kekuasaan di belakang Ratu Anne (Colman).

Film komedi yang sarat dengan nuansa sinis ini menyingkap karakter manusia yang amat tidak terukur bentuknya. Hasrat untuk berkuasa serupa energi yang dapat menggerakkan seseorang. Namun, ditunjukkan selalu ada luka dan kesia-siaan saat kekuasaan telah tercapai. Nyatanya, di pucuk kuasa, tidak ditemukan kesenangan yang diimpikan, serupa kesulitan yang dirasakan sang ratu.

The Killing of a Sacred Deer (2017)

Beralih ke film The Killing of a Sacred Deer,Lanthimos menyarikan mitologi Yunani: Ifigeneia. Dikisahkan Agamemnon yang sombong mesti mengurbangkan putrinya sebab telah membunuh seeokor rusa di hutan suci. Dalam film ini, seorang dokter yang menyepelekan pasiennya suatu hari mendapat “kutukan” yang tidak masuk perhitungannya. Anak pasiennya tersebut menuntut balas dan memberi tahu bahwa kedua anaknya segera jatuh sakit.

Pada film ini, Lanthimos menjebak kita pada tabrakkan yang mistis dan logis. Benturan hebat dalam kehidupan terkadang membuat kita menepi pada suatu yang mistis. Sebaliknya, kita menepis hal-hal yang dianggap “gaib”—di luar kemampuan—dengan kelogisan. Rasa frustrasi membuat manusia mondar-mandir di antara pembatas yang mana khalayan dan yang mana kenyataan. Sensasi ini sukses membuat penonton terjerat dan merinding.

Dengan beberapa kisah yang pernah ditawarkan, tahun ini Lanthimos hadir kembali dengan film teranyarnya yang “ajaib”, Poor Things (2023). Film ini turut dibintangi dan diproduseri Emma Stone. Poor Things bercerita tentang seorang dokter yang berhasil menghidupkan kembali seorang perempuan. Sang perempuan mengeja makna setelah bangkit dan meniadakan aturan-aturan yang kukuh di alam pikir masyarakat.

Baca juga: Cara Hidup Bahagia ala Pete Docter

Penulis: Anggino Tambunan
Penyunting: Muhammad Reza Fadillah