Kala dunia masih memulihkan diri dari pandemi, sinema dalam 2021 pun demikian. Ada ledakan dengan keluarnya film-film yang batal rilis pada tahun lalu. Walaupun ledakan ini masih terasa malu-malu, banyak karya unik yang patut dikenang dalam memori sinema kita. Berikut 10 film terbaik 2021 pilihan ulasinema.
10. 偶然と想像 / “Wheel of Fortune and Fantasy“


Dalam tiga kisah yang penuh kebetulan dan kejadian liar, Ryusuke Hamaguchi menyingkap cara perempuan menghadapi kekeliruan dan mengesampingkan emosinya untuk menghormati sesama manusia. Walau kompleksitasnya memicu amarah, Hamaghuchi tetap memberi resolusi yang begitu halus sehingga kita sebagai penonton hanya bisa terkesima akan kesejukannya.
9. Petite Maman


Masuk ke ruang fantasi anak-anak yang takterbelenggu dengan dunia orang dewasa, Céline Sciamma dalam Petite Maman mengingatkan kita untuk pentingnya menjadi jujur. Dengan cara yang sangat simpel, Sciamma mengajak kita untuk menerima kehilangan orang terdekat.
8. Herr Bachmann und seine Klasse / “Mr. Bachmann and His Class”


Dalam kelasnya, tuan Bachmann mungkin takhanya mengajarkan remaja-remaja awal. Di sana pun ia mengajak muridnya untuk mengajarinya tentang latar belakang kompleks mereka untuk lebih memahami murid-muridnya. Dalam durasi tiga setengah jam, kita belajar lagi cara untuk memahami orang lain tanpa menghakiminya terlebih dahulu.
7. Penyalin Cahaya


Film Indonesia yang brilian hampir dalam segala aspek. Dalam kisah kontroversial ini, Wregas Bhanuteja memaksa penonton menyelam dalam sesaknya menjadi korban kekerasan seksual. Walaupun terus-menerus memicu emosi, penyingkapan misterinya membuat mata kita takbisa berpaling dari layar.
6. 당신 얼굴 앞에서 / “In Front of Your Face“


Hong Sang-so dan sinema super-nyatanya selalu berhasil menangkap kehidupan secara utuh tanpa unsur drama berlebihan. In Front of Your Face masih memiliki hal ini, tetapi Hong coba memberikan twist dan sedikit bumbu drama yang membuat film ini sedikit lebih spesial di antara film-film briliannya.
5. Verdens Verste Menneske / “The Worst Person in the World“


“The Worst Person in the World is the best film in the world,” puji Paul Thomas Anderson kepada film Joachim Trier ini. Trier menceritakan kisah pendewasaan yang begitu energik, komikal dan sensual pada saat yang bersamaan. Lalu, memukul kita dengan akhiran yang begitu mengejutkan.
4. ドライブ・マイ・カー / “Drive My Car”


40 menit pertama film ini mendobrak kita dengan perasaan campur-aduk. Lalu, selanjutnya kita diajak berkendara, mengarungi kesedihan atas kehilangan seseorang tanpa harus meledak-ledak. Lagi-lagi, dengan ketenangannya, Ryusuke Hamaguchi, menyelesaikan filmnya dengan perasaan sejuk, layaknya mengajarkan kita bahwa semua kesulitan bisa kita lalui.
3. Flugt / “Flee”


Pada dunia nyata, manusia baja taktampil mentereng di depan kita untuk memerangi kejahatan. Mereka hadir di tengah-tengah kita, memerangi konflik-konflik berat yang ia derita selama hidupnya untuk mendapatkan hal yang mungkin menurutnya sebuah kemewahan tiada tara: hidup bebas.
Flee hadir untuk menceritakan tentang terbentuknya seorang manusia baja: lari dari negaranya yang penuh konflik peperangan untuk bertahan hidup dan harus bertempur dengan segala masalah sosial di negara lain. Kisah yang begitu krusial untuk membuat kita sadar betapa berharganya kehidupan ini.
2. Summer of Soul (…Or, When the Revolution Could Not Be Televised)


Perkara rasial membungkam suara musik Afrika-Amerika pada tahun 60-an hingga 70-an. Namun, keutuhan seni kadang punya cara sendiri untuk memamerkan keindahannya. Festival musik Harlem mungkin saat ini tiada lagi, tetapi gaungnya melewati ruang dan waktu dan hadir pada masa kini.
Dalam rekaman vital ini, kita takhanya melihat presentasi musik saja. Keindahan yang memikat lahir dari para musisi yang tampil penuh gairah ini. Suara mereka pun didengar luas dan, untungnya, direkam. Dengan penuh antusiasme, Questlove merangkainya dan menghadirkan suara indah yang dibungkam ini.
1. Bo Burnham: Inside


Apa itu sinema dan batas apa yang bisa disebut sebagai film panjang? Dengan durasi 87 menit, komedi spesial dari Bo Burnham memang bukan cerita narasi konvensi film fitur. Namun, karyanya ini mencakup seni-seni yang hadir dalam sebuah sinema, jika takkita sebut: lebih.
Memaksimalkan spasial sempit serta permainan cahaya yang menawan, “film” ini menghadirkan keindahan visual yang begitu memikat. Belum lagi musik penuh intrik yang hadir dengan lirik super-jitu yang mencerminkan kondisi sosial saat ini. Terlebih lagi dalam masa isolasi mandiri pada pandemi ini.
Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan