Review Film Sleep Call (2023): Distorsi Teknologi & Imajinasi

0
226
Review Film Sleep Call (2023): Distorsi Teknologi & Imajinasi

Sleep Call (2023) karya Fajar Nugros merupakan film suspense thriller yang mengeksplorasi sisi gelap kencan daring dan dampak kesepian terhadap kesehatan mental.

Kencan daring sudah menjadi fenomena yang lumrah terjadi saat ini dengan adanya kemajuan teknologi. Di tengah kesibukan, banyak orang memanfaatkan aplikasi kencan untuk sekadar mencari teman ataupun pasangan karena aksesnya yang mudah. Namun, ada sisi gelap yang harus dihindari seperti penipuan identitas yang biasa disebut dengan catfishing. Beberapa orang yang menggunakan aplikasi kencan mungkin tidak jujur tentang informasi latar belakang atau niat mereka.

Selain itu, dampak psikologis yang dapat ditimbulkan ialah kecemasan, depresi, dan stres karena mengalami penolakan dari lawan bicara mereka serta menjadi ketagihan saat penggunanya terlalu bergantung pada aplikasi kencan. Kencan daring memengaruhi cara kita berinteraksi, ketika mengenal lawan bicara hanya dengan berkomunikasi lewat layar. Kita dapat melewatkan kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih nyata dan bermakna dengan orang-orang di sekitar kita dan akhirnya terjebak dalam kesepian. Hal-hal inilah yang dialami oleh karakter Dina (Laura Basuki) dan digambarkan dengan sempurna melalui film Sleep Call.

Dina ialah seorang wanita yang bekerja di perusahaan pinjaman daring ilegal. Hidupnya berbelit, selain memiliki banyak utang, ia juga harus membiayai pengobatan ibunya yang sakit. Di tengah kesulitan hidupnya, ia mencari pelarian lewat aplikasi kencan dan bertemu dengan Rama (Juan Bio One), seorang pria misterius yang menemaninya melalui sleep call setiap malam. Namun, hubungan mereka tidak seindah yang dibayangkan. Ada rahasia gelap yang membuat Dina bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya sosok Rama tersebut.

Film ini berhasil menampilkan ketegangan dan kejutan yang membuat penonton terpaku dalam setiap adegannya. Sutradara Fajar Nugros mampu mengemas cerita dengan tempo yang pas dan alur yang tidak mudah ditebak. Ia juga menggali sisi psikologis dari karakter-karakternya dengan baik, sehingga penonton bisa memunculkan rasa simpati dan empati di setiap karakternya. Film ini juga mengangkat beberapa isu yang relevan mulai dari dampak teknologi, kasus korban pinjol bunuh diri, kesenjangan sosial-ekonomi kelas bawah dan atas, penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan kerja, hingga revenge porn.

Akting pemeran utama di film ini juga memukau. Laura Basuki berhasil memerankan Dina dengan beragam ekspresi dan gestur yang meyakinkan penonton. Ia mampu menunjukkan kompleksitas emosi Dina dari awal hingga akhir film. Juan Bio One juga tidak kalah menarik sebagai Rama. Ia mampu membangun chemistry dengan Laura Basuki dan membuat penonton penasaran dengan latar belakangnya. Selain itu, ada juga aktris dan aktor pendukung yang memberikan warna tersendiri bagi film ini, seperti Della Dartyan, Kristo Immanuel, Bront Palarae, hingga Rachel Vennya.

Film ini memiliki visual yang menarik dalam menyesuaikan suasana cerita dan membangun emosi. Dengan sinematografi, penyuntingan,pencahayaan, dan jugapenyuaraan yang apik untuk menciptakan rasa ketegangan sepanjang film. Film ini juga menggunakan beberapa elemen simbolik, seperti nama Rama dan Sinta, yang berasal dari epos Hindu Ramayana, untuk menambah kedalaman dan makna cerita.

Secara keseluruhan, Sleep Call adalah film yang layak ditonton bagi pecinta genre suspense thriller. Film ini memberikan pengalaman baru untuk menonton, dengan cerita yang menarik, akting yang berkualitas, dan pesan yang relevan dengan kondisi sosial saat ini. Film ini juga memberikan angin segar untuk film bergenre thriller Indonesia dan menjadi bukti bahwa industri film Indonesia bisa menghasilkan karya-karya yang berkualitas dan bermutu.

Melalui Sleep Call (2023), penonton diajak untuk berkontemplasi tentang penggunaan teknologi pada kehidupan sehari-hari yang jarang disadari dampaknya akan sebesar apa di dunia nyata. Jangan sampai kemajuan teknologi mendistorsi batasan antara imajinasi dan realitas sebab hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental dan juga psikis. Teknologi harus dimanfaatkan secara baik dan benar, saat kita sendiri yang harus membatasi antara dunia maya dan dunia nyata.

Baca juga: Film SIN (2019) – Kisah Romantis Kaya Rasa, tetapi Antiklimaks

Penulis: Zenia Namira
Penyunting: Muhammad Reza Fadillah