Review Film Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One (2023)

0
249
Review Film Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One (2023) oleh ulasinema

Mission: Impossible dan Tom Cruise merupakan saga unik yang menentang progresi waktu. Saat semua film memburuk seiring bertambahnya sekuelnya, saga ini terus-menerus membaik. Begitu juga Cruise yang tampil prima saat memasuki usia kepala enam. Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One ini pun bisa jadi awal dari penutup yang solid.

Perkembangan waktu punya tendensi destruktif: makin bertambah makin mendekati kehancuran. Begitu pula dengan film-film yang terus-menerus membuat sekuel demi mempertahankan properti intelektualitas mereka. Film-film tersebut kerap melukai esensi kesolidan film awalnya dengan ekspansi besar demi progresi semata.

Salah satu contoh terbarunya ialah saga Indiana Jones yang dibintangi Harrison Ford. Terlihat sang aktor sudah takbanyak beraksi mengingat umur yang sudah membatasi gerak-geriknya. Film terbarunya pun takbanyak menawarkan hal menarik, apalagi hal baru. Kebertahanannya pun menjadi nostalgia saja, walau produksinya memakan biaya yang luar biasa.

Bagaimanapun, Mission: Impossible rasanya menentang kesamaan dengan saga-saga lain. Perkembangan ceritanya memang terasa ekstensif, takutuh seperti saga yang terencana. Namun, kualitasnya mirip saga-saga terencana itu: makin bertambah, makin apik. Sejak Brian De Palma menciptakan film pertamanya yang membuat pendapat kritikus terbagi hingga Fallout Christopher McQuarrie yang diakui kehebatannya, saga ini makin hebat.

Standar sangat tinggi yang diciptakan Fallout takmembuat sekuelnya terasa terbebani. Perihalnya, dalam beberapa film terakhirnya, saga Mission: Impossible ini seakan hantu di dunia perfilman. Keberadaannya takbanyak dinanti, tetapi ketika muncul, layaknya jumpscare: memberikan kejutan karena aksi gila Cruise serta cerita espionasenya yang cerdas.

Cruise, yang memasuki usia dekade keenamnya, masih banyak melakukan aksi-aksinya sendiri. Si pecandu adrenalin ini kini melompat dengan motor trail-nya dari atas tebing dan mendarat di atas kereta yang melaju dengan kecepatan maksimal. Walau ada sentuhan efek visual, aksinya otentik, takseperti film-film masa kini yang merias diri terlalu tebal sehingga sentuhan realitasnya menipis.

Ethan Hunt pun masih menampilkan ciri khasnya di film ini: gaya lari cepat bak robotnya tampil, kini di atap bandara dan di gang-gang Venezia. Kerutan di muka Cruise memang jelas, tetapi kondisinya bahkan melebihi usia prima manusia normal. Kepingan-kepingan inilah yang membuat kita terjaga untuk terus mengikuti saga Mission: Impossible ini.

Takterlalu Berbelit-belit

Demi membangun kisah spionase kelas atas, Mission: Impossible kerap menyajikan plot-plot yang rumit. Mungkin hal inilah yang membuat saga ini berada di bawah radar karena ceritanya yang sulit dipahami secara utuh. Namun, dalam Mission: Impossible–Dead Reckoning Part One ini, filmnya dibuat lebih simpel. Kerumitan itu tetap ada, tetapi penjelasannya pun takserumit pendahulunya sehingga tujuan utamanya jauh lebih jelas.

Kendati film ini punya plot rumit yang menyangkut kecerdasan artifisial, beberapa pertarungan teknologi ditampilkan dengan simpel walau menjelaskan beberapa hal rumit. Percampuran permasalahan teknologi dengan dunia nyatanya menarik, tetapi fokusnya memang bukan di dunia digitalnya.

Memang, penyimpelan cerita ini membuat kejutan-kejutannya taksehebat Fallout. Namun, film ketujuh ini masih dalam standar yang sangat tinggi, yang sangat jarang dicapai oleh film-film aksi. Apalagi, film aksi dengan sekuel sebanyak ini.

Akan Sejauh Apa Kau Berlari, Ethan?

Dead Reckoning yang dibagi menjadi dua film menimbulkan spekulasi bahwa ini akan jadi bagian terakhir dari Mission: Impossible. Bagaimanapun, dalam wawancara terkini, Cruise mengungkap bahwa ia ingin terus memerankan Ethan Hunt seperti Ford sebagai Indy. Miris memang, sebab Ford dan Indiana Jones tergerus zaman, sementara Cruise dan Mission: Impossible justru makin mengangkasa.

Bagaimanapun, suatu waktu Cruise pun akan tergerus usia. Jika ia ingin melanjutkan Mission: Impossible, akan banyak aksi-aksi menantangnya yang harus ia korbankan. Jika hal itu terjadi, saga ini akan sangat kehilangan kualitas terbaiknya. Oleh karena itu, mungkin menutup kisah ini kala masih dalam bentuk terbaiknya mungkin ide terbaik.

Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One bisa jadi awal dari akhir kisah yang sangat solid. Sekuelnya tahun depan bisa jadi terakhir kalinya kita melihat Ethan Hunt dalam kondisi prima. Tentu kehebatan ini patut kita simak secara maksimal di bioskop.

Infografik Review Film Mission: Impossible - Dead Reckoning Part One (2023) oleh ulasinema

Baca juga: Review Film Top Gun: Maverick (2022): Meledak di Udara

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan