Melanjutkan keajaiban dua musim fantastis yang dirilis dalam dua tahun berturut-turut, The Bear memasuki musim ketiga dengan berusaha mempertahankan hegemoni tersebut. Rasa resah & gelisah Carmy (Jeremy Allen White) menjadi fokus utama yang dilengkapi dengan bumbu-bumbu karakter sampingan yang menguatkannya pada musim ketiga. Resepnya masih sangat lezat, tetapi taksespesial pendahulunya.
Carmy dan Sydney (Ayo Edebiri) kini melanjutkan perjuangannya menjalankan restoran The Bear dengan angan-angan mendapatkan pengakuan dari kritik. Seperti penutup musim kedua, Carmy masih membawa keresahannya akan kegagalan restorannya. Di balik semua itu, nyatanya rasa resah Carmy bersumbu dari kegagalannya dalam hubungannya dengan Claire (Molly Gordon). Keresahan ini membuat Carmy meledak-ledak dan memengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Ekspektasi Tinggi
Ekspektasi tinggi ada di pundak Christopher Storer dalam merangkai musim ketiga ini setelah segala dua keajaiban yang ia ciptakan pada dua musim sebelumnya. Storer punya kerangka yang kuat untuk lanjut ke musim ketiga, tetapi pertanyaan terbesarnya ialah tentang konflik utama yang ingin ia bawa dan cara penjabarannya.
Musim pertama kita disajikan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang warisan dan eksistensialisme. Sementara pada musim kedua, tentang tumbuh kembang dan melawan keraguan. Untuk tahun ketiga berturut-turut, rasanya memang mustahil untuk menciptakan keajaiban ketiga dalam waktu yang singkat. Itulah yang rasanya dialami Storer dalam The Bear pada musim ketiga ini.
Bagaimanapun, ini bukan berarti musim ketiga ini tidak bagus. Storer memang penulis yang andal dan ia lebih andal lagi dalam menciptakan penuansaan manis dan tempo yang hebat dalam direksinya. Ia juga paham betul ketika harus berapi-api, ketika harus tenang & refleksi, serta ketika harus menyerang perasaan penonton. Walau kerap menggebu-gebu, The Bear bisa menyulapnya menjadi momen yang tulus.
Dua musim pertama kita bisa melihat durasi-durasi episode yang takberaturan, tetapi terukir sebagaimana mestinya. Sebab ada kerangka kokoh yang telah ia bangun, musim ketiga ini masih ada cita rasa kehebatan. Sayangnya, musim ketiga ini seperti mempertahankan kerangka saja tanpa banyak inovasi menarik. Durasi-durasi episodenya lebih serupa dan di satu sisi kita bisa merasakan ada momen-momen yang diperlama dan direpetisi.
Sekali lagi, ini bukan berarti musim ketiga ini takbaik. Storer hanya menciptakan sesuatu yang fantastis dalam dua musim pertamanya sehingga ketika kualitasnya sedikit menurun, kita bisa merasakan adanya perbedaan. Sebab, banyak hal hebat tetap berlangsung dalam serial ini.
Fokus ke Carmy
Allen White masih mempertahankan akting solidnya sebagai Carmy. Karakternya kini mendapatkan tantangan keresahan terbesar yang membuatnya terus tegang. Karakter Carmy kerap menghidupkan karakter-karakter di sekitarnya, tetapi kali ini sebaliknya. Ia menjadi destruktif seiring dengan membesarnya rasa gelisahnya. Di sinilah yang mungkin membuat kisahnya repetitif dan resolusinya terasa diperlama. Dibanding dua musim sebelumnya, musim kali ini terasa terlalu fokus kepada resah dan gelisah Carmy.
Padahal, beberapa karakter lainnya punya kisah yang lebih menarik. Pertama Sydney yang mempertanyakan kemitraannya dengan Carmy. Dalam musim ini, Edebiri memberikan akting terbaiknya, terutama pada adegan terakhirnya. Tina (Liza Colón-Zayas) mendapatkan satu episode yang begitu menyentuh dan karakternya makin solid.
Sementara itu, cahaya terbesar datang dari karakter pendukung, yakni Donna (Jamie Lee Curtis) dan Andrea (Olivia Colman).Lee Curtis kembali mencuri perhatian dengan Donna yang selalu terlalu dramatis. Namun, kali ini ia seperti memberikan napas baru dalam penampilannya di episode delapan kala berdampingan dengan Natalie (Abby Elliott) yang juga tampil apik. Sementara itu, Colman bisa sangat bersinar di episode terakhir dengan pembawaannya yang tenang kala memerankan Andrea.
Sebenarnya fokus pada kegelisahan Carmy bukan masalah. Apalagi dengan resep yang sempurna, kita masih bisa menikmati hidangan sangat lezat dalam musim ketiga The Bear ini. Namun, yang membuat cita rasa musim-musim sebelumnya ialah adanya optimisme dan harapan untuk lanjut ke musim selanjutnya di tengah kekacauan dapurnya. Sayangnya, musim ketiga ini terlalu fokus menjual kegelisahan tanpa kuatnya koneksi antarkarakter.
Baca juga: Review Ted Lasso Season 3: Akhiran yang Naik-Turun
Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan