Lebih dari seperempat abad cerita Si Doel telah menghiasi jagat perfilman Indonesia. Layaknya sebuah pertemuan tentu ada perpisahan, pun sebuah awalan tentu harus ada akhiran. Hal inilah yang coba disajikan oleh Rano Karno selaku sutradara dalam menghadirkan penutup manis dari kisah Si Doel The Movie.
Pertimbangan serta kehati-hatian dalam memilih akhir dari kisah Si Doel terasa kental dalam proses pembuatan film Si Doel The Movie 3: Akhir Kisah Cinta Si Doel. Hal ini terbukti dengan disiapkannya tiga akhiran cerita berbeda dalam film. Tak hanya itu, baik kru film maupun jajaran pemain sendiri tidak ada yang mengetahui akhir cerita mana yang digunakan dalam film. Selain terdapat tiga akhir yang berbeda, Rano Karno pun enggan membuat prarilis layaknya produksi film pada umumnya. Hal ini seakan ingin menjaga kesakralan serta usaha menghadirkan kejutan bagi para penontonnya.
Cerita Si Doel The Movie 3: Akhir Kisah Cinta Si Doel merupakan bagian puncak dari permasalahan yang ada dalam dua film pendahulunya. Layaknya sebuah film layar lebar, penceritaan dibuat sesingkat mungkin dengan tidak menghilangkan identitas yang ada dalam versi serial televisinya. Hal ini pula yang rasanya diterapkan dalam fim Si Doel The Movie. Konflik yang diangkat tidak serumit dalam serialnya. Unsur konflik masih berkisah pada cinta segitiga Doel (Rano Karno), Zaenab (Maudy Koesnadi) dan Sarah (Cornelia Agatha).
Dikisahkan, Zaenab yang tengah mengandung anak dari Doel harus menghadapi berbagai permasalahan di hidupnya. Seiring banyaknya pergolakan batin yang ia terima, Zaenab memutuskan untuk berpisah untuk sementara waktu dari suaminya. Di sisi lain, Sarah yang kembali hadir di kehidupan Doel dan Zaenab memutuskan untuk menggugat cerai Doel. Kehilangan dua orang yang memiliki andil besar di hidupnya membuat Doel semakin terpuruk. Dalam kesendiriannya, Doel mencoba untuk menyelami kembali kenangan-kenangan lama seraya mencari jawaban atas permasalahan yang ia hadapi.
Kekhasan Kisah Si Doel
Serial Si Doel Anak Betawi memang terkenal dengan latar Betawi yang kuat di dalamnya. Terdapat banyak unsur-unsur khas ala kebudayaan Betawi, mulai dari cara hidup, pola pikir, stereotipe, hingga permasalahan yang diangkat. Hal inilah yang rasanya tidak luput dimunculkan dalam film Si Doel The Movie 3. Tokoh-tokoh yang kembali dimunculkan, seperti Mandra (Mandra), Atun (Suti Karno), dan Mak Nyak (Aminah Cendra Kasih), seakan mengajak kita untuk menyelami kembali adegan demi adegan pada serial televisinya. Selain unsur penokohan, latar yang dimuat pun tetap menyimbolkan khas Betawi dengan mengikuti zamannya. Oplet tua yang menjadi ciri khas dalam serial televisi pun kembali di munculkan dalam film.
Film Si Doel The Movie sendiri berangkat dari serial televisi yang cukup populer era tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an. Serial ini terinspirasi dari novel karya Datuk Madjoindo dengan judul yang sama. Selama kurun waktu 27 tahun, tercipta 162 episode dengan problem hidup yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Keputusan menghadirkan film layar lebar seakan menjadi sebuah pertanggungjawaban dari Rano Karno atas ketidaktuntasan akhir cerita dalam serial televisinya. Seperti diketahui, akhiran dalam versi serial televisi tersebut terkesan terburu-buru dan menyisakan banyak pertanyaan di benak penonton setianya. Si Doel The Movie pun hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dirangkum ke dalam tiga bagian.
Menimbang Akhir Kisah Doel
Akhiran dalam film Si Doel The Movie 3: Akhir Kisah Cinta Si Doel ini sendiri terkesan ingin memberi penutup sebaik mungkin. Oleh karena itu, Rano Karno terlihat berhati-hati. Pemilihan akhiran yang bersifat netral menjadi solusi yang dipilih. Ia sadar bahwa semua pihak pasti memiliki akhiran cerita di dalam benaknya masing-masing. Itulah mengapa akhiran dalam film ini dibuat agar terlihat netral dan menghadirkan kesan bahagia bagi tiap penontonnya.
Beralih ke aspek lainnya, skrip dialog yang ditampilkan dalam film belum optimal. Dialog dalam beberapa adegan dirasa terlalu kaku. Penggunaan kosakata baku dalam interval yang sering agak mengganggu kesan menonton. Di samping itu, beberapa tokoh yang diplot berlogat ngapak khas Betawi terkesan agak terburu-buru sehingga terdengar kurang padu dengan lawan bicaranya. Selain pada skrip dialog, warna cerita dalam film juga seakan dibatasi hanya pada permasalahan cinta ketiga tokoh.
Secara umum, ketiga film Si Doel dalam layar lebar memang berpusat pada tema percintaan antara Doel, Sarah dan Zaenab. Namun, jika kita menyelami kembali ingatan mengenai serial televisi Si Doel Anak Sekolahan, hal yang melekat dalam film tersebut justru pada latar budaya Betawi yang sangat kental. Unsur percintaan hanya sebagai pemanis sekaligus penyambung jalan cerita dari satu episode ke episode lainnya. Hal ini yang dirasa bergeser dalam film layar lebarnya. Unsur ke-Betawi-an hanya tergambar melalui latar tempat serta logatnya saja, berbeda dengan serial televisinya yang memuat nilai-nilai budaya Betawi. Selain itu, penyempitan unsur cerita juga dirasa penting agar suatu film terasa padat dan tidak membosankan.
Terlepas dari hal itu, film Si Doel The Movie 3: Akhir Kisah Cinta Si Doel⁷ tetap menjadi pilihan film menarik untuk ditonton. Potret kehangatan keluarga di dalam film cocok untuk disaksikan bersama keluarga tercinta.
Baca juga: Anomalisa (2015): Rutinitas Menjelma Manekin dan Sindrom Fregoli
Penulis: Ilham Noor Karomaen
Penyunting: Anggino Tambunan
Tonton keseruan film Si Doel The Movie 3: Akhir Kisah Cinta Si Doel melalui aplikasi