Cinta dan hasrat antara kedua insan manusia takmelulu antara perempuan dan laki-laki. Bisa saja antarlaki-laki dan antarperempuan. Mungkin, saat ini percintaan seperti ini tak asing, tetapi perkara ini taklumrah dalam beberapa dekade atau abad lalu. Film-film roman pun mencoba untuk mengartikulasikan cinta sejenis ini. Berikut rekomendasi film roman dari kami.
Call Me by Your Name (2017)
Sutradara: Luca Guadagnino
Penulis: James Ivory (skenario), André Aciman (novel)
Pemeran Utama: Timothée Chalamet, Armie Hammer, Michael Stuhlbarg
Bocah lelaki remaja, Elio Perlman (Timothée Chalamet) tinggal di Italia Utara bersama ayahnya, (Michael Stuhlbarg) seorang profesor spesialis budaya Yunani-Roma. Tuan Perlman kedatangan muridnya, Oliver (Armie Hammer), untuk membantu penelitiannya saat libur musim panas 1983 sehingga Elio harus merelakan kamarnya untuk Oliver. Elio pindah ke kamar sebelah bekas kamarnya yang dipakai Oliver, lalu keduanya menjadi dekat dan menemukan hubungan yang spesial.
Sutradara asal Italia, Luca Guadagnino memang cukup dikenal akan karya film yang diberi bumbu penyedap erotis setelah berhasil mempertempurkan Tilda Swinton, Ralph Fiennes, Dakota Johnson dan Matthias Schoenaerts. Berkecimpung dengan cerita dari novel unggulan André Aciman, Guadagnino tak terlalu banyak menebar bumbu andalannya, sejumput demi sejumput untuk membangun hubungan elektrik Elio dan Oliver.
Sisi yang patut dilihat adalah pembangunan diri Elio, memperkenalkannya pada kedewasaan dengan memakai Oliver sebagai gerbang. Call Me by Your Name dari Guadagnino akhirnya bukan sekadar percintaan homoseksual polos saja, tetapi sebuah cetak-biru saat seorang remaja lelaki mendewasakan dirinya.
La Vie d’Adele / “Blue Is the Warmest Colour” (2013)
Sutradara: Abdellatif Kechiche
Penulis: Abdellatif Kechiche (skenario, adaptasi dan dialog), Ghalia Lacroix (skenario, adaptasi dan dialog), Julie Maroh (komik)
Pemeran Utama: Léa Seydoux, Adèle Exarchopoulos, Salim Kechiouche
Adèle (Adèle Exarchopoulos) ialah seorang perempuan berusia 15 tahun yang penyendiri. Ia pun berpapasan dengan perempuan berambut pendek berwarna biru di jalan dan langsung tertarik.
Setelah diajak temannya ke bar gay, Adèle pun pergi ke bar lesbian. Ditemuinya kembali sosok wanita berambut biru itu yang bernama Emma (Léa Seydoux). Dari sana, hubungan mereka semakin kuat hingga hidup bersama. Komplikasi perjalanan hubungan sesama jenis kedua tokoh ditunjukkan saat Emma telah menjadi karakter yang utuh dan kuat, sementara Adèle masih seorang remaja yang bingung atas kejadian unik dalam usia belianya.
Yang paling diingat dalam film adaptasi dari komik ini, yaitu adegan seks yang cukup gamblang ditunjukkan. Kritik berat dilayangkan kepada sutradara lelaki, Abdellatif Kechiche yang menampilkan sisi seks lesbian di sini seperti fantasi lelaki. Bagaimanapun, banyak juga yang memuji adegan tersebut karena begitu nyata dan beraninya dan nyatakan film ini “tak hanya sekadar seks”.
Sama seperti Ellio dalam Call Me by Your Name, sosok Adèle dibuka gerbang kedewasaannya oleh Emma. Namun, tak berhenti di situ, Adèle pun alami pergolakan batin sampai ia selingkuh dengan lelaki karena kebingungannya: saat masa remaja uniknya dihabiskan dengan hubungan sesama jenis dan tokoh Emma yang keras menekannya.
Carol (2015)
Sutradara: Todd Haynes
Penulis: Phyllis Nagy (skenario), Patricia Highsmith (novel)
Pemeran Utama: Cate Blanchett, Rooney Mara, Sarah Paulson
Therese Belivet (Rooney Mara), pertama kali jumpai Carol Aird (Cate Blanchett) saat dirinya bekerja sebagai kasir di pusat perbelanjaan. Keduanya langsung tersangkut pada pandangan pertama dan akhirnya menjalin hubungan.
Therese yang bercita-cita sebagai fotografer, tetapi tak kesampaian dibukakan jalannya oleh Carol. Ia pun terpukau akan sosok wanita paruh baya yang sangat independen dan bebas. Hubungan mereka pun meningkat saat Therese semakin terbebas hingga ingin mencintai Carol secara utuh, wanita yang jauh lebih dewasa itu sebenarnya berada dalam penjara.
Sama seperti Call Me by Your Name, Carol dialihwana dari novel yang berjudul The Price of Salt keluaran tahun 1952. Walau sama seperti kedua film di atas saat ada satu sosok lebih dewasa membuka jalan terhadap sosok yang lebih muda, komplikasi masalah Carol yang harus dihadapi Therese tergolong lebih rumit.
Judul Carol memang tepat, karena cerita mendasarkan pada tokoh wanita yang hubungan rumah tangganya berada di ujung tanduk itu. Therese yang pintu kedewasaanya dibuka oleh Carol, justru harus membantu lepas jeruji wanita paruh baya tersebut; melepas diri dari ikatan dengan suami yang menganggap dirinya sakit karena beberapa kali berselingkuh dengan wanita.
Kesamaan dari ketiga rekomendasi film roman yang berkisah antara sesama jenis kelamin tersebut, yaitu adanya tokoh yang lebih tua membuka jalan terhadap tokoh lebih muda. Tak hanya eksplorasi ketertarikan seksual, tetapi juga jalan kedewasaan dengan cara masing-masing. Ellio harus menghadapi kenyataan tentang sulitnya hubungan sementara dan sesama jenis, Therese mulai rintis cita-cita jadi fotografer dan bertempur dengan latar belakang Carol, dan Adèle dibuat bingung dengan pendewasaan uniknya sehingga ingin coba jadi normal.
Cek Rekomendasi Film Roman sebelumnya di sini: Bagian 1 / Bagian 2
Penulis : Muhammad Reza Fadillah
Penyunting : Anggino Tambunan