Review Film Bill & Ted Face the Music (2020)

0
1299
Review Film Bill & Ted Face the Music (2020)

Duet Bill (Alex Winter) dan Ted (Keanu Reeves) memasuki babak yang jauh berbeda dengan dua film sebelumnya yang telah berusia tiga dekade. Waktu yang terlewat tersebut mereka lintasi tanpa menggunakan bilik telepon ikonik. Tentu, mereka kali ini tidak bisa semena-mena melintasi waktu tanpa memikirkan konsekuensinya.

Dalam Bill & Ted Face the Music, Bill dan Ted telah memiliki istri dan anak. Saat Thea (Samara Weaving), putri Bill, dan Billie (Brigette Lundy-Paine), putri Ted bangga dan mewarisi sifat-sifat ayah mereka, istri-istri mereka tidak. Kedua putri kerajaan yang mereka “culik” dari abad ke-15 ini merasa rumah tangga mereka bermasalah.

Ramalan pada film sebelumnya, Bill & Ted’s Bogus Journey (1991), menyatakan mereka akan sukses berkarier sebagai musisi dan membuat lagu penyatu umat manusia untuk menyelamatkan dunia. Ternyata, tiga dekade setelahnya, hal tersebut belum terjadi. Grup musik mereka sempat tenar pada awal ‘90-an, tetapi itu hanya terjadi sesaat saja.

Dari sana kita melihat adanya problem nyata yang harus dihadapi Bill dan Ted. Realitas tidak berpihak pada mereka walau ada campur tangan magis dari ramalan masa depan. Kehidupan selama 25 tahun pun takseindah fantasi, mereka punya masalah rumah tangga yang sumbernya berasal dari ketidakmampuan mendewasakan diri.

Sosok Bill dan Ted masih memiliki sifat serupa 30 tahun lalu sejak kita pertama kali kita mengenalnya: dua lelaki bodoh dan selengean yang jalan hidupnya akan semulus fantasi film-film komedi saja. Raut muka Alex Winter sebagai Bill mungkin tidak banyak berubah, masih sumringah seperti dulu plus kerutan di wajahnya. Namun, Keanu Reeves sebagai Ted tidak memiliki raut muka sepolos dulu, kerutan mukanya membuat ia terlihat jauh lebih serius.

Melihat karakter mereka belum berubah walau fisiknya menua memberikan kejenakaan tersendiri. Chris Matheson dan Ed Solomon, duet penulis skenario sejak film pertama, memanfaatkan momen film ini untuk mendewasakan dua karakter utama film ini. Bill dan Ted diajak untuk mengenali masalah-masalah yang selama ini tidak mereka lihat.

Bagaimanapun, pencarian resolusi Bill dan Ted pun masih kekanak-kanakan. Mereka menuju masa depan dan berharap diri mereka yang lebih dewasa telah menyelesaikan masalah-masalah mereka. Sosok yang menjadi penyelamat mereka justru kedua putrinya, yang memiliki pemikiran di luar nalar ayah mereka, tetapi sedikit memiliki sentuhan kedewasaan kedua ibunya.

Adanya Billie dan Thea dirasa seperti adanya tongkat yang ingin dilanjutkan. Pada zaman ketika kita dihadapi berjuta-juta sekuel, rasanya memiliki satu sekuel film lagi bukan masalah besar. Memang, akan ada titik kejenuhan, tetapi melihat satu film yang fokus pada duet Brigette Lundy-Paine dan Samara Weaving terlihat menarik.

Bagi Weaving, genre komedi tidak asing baginya. Sayangnya, keahliannya memberikan raut muka yang jenaka tidak begitu terlihat dalam film ini. Yang menonjol justru Lundy-Paine: ia merupakan imitasi sempurna dari sosok Ted yang diperankan Reeves tiga dekade lalu. Gestur dan gaya sok santainya membuat Weaving tertutupi.

Kehadiran film Bill & Ted Face the Music jelas akan membawa kita ke nostalgia kepada film-film komedi ikonik ‘80-an. Untuk saga Bill & Ted sendiri, film ini masih mengandung unsur yang sama, yaitu menghadirkan sosok-sosok sejarah yang populer hingga masih digunakannya bilik telepon yang sama dari dua film sebelumnya. Plotnya pun lebih rapi, tidak seasal film pertama Bill & Ted’s Excellent Adventure (1989).

Infografik Review Film Bill & Ted Face the Music (2020) oleh ulasinema.

Baca juga: Ave Maryam: Visual Cantik Perlu Disidik

Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan