Akhirat: A Love Story menawarkan kebaruan dalam kisah roman bertema beda agama, yaitu menafsir dunia yang ideal. Namun, kebaruan itu hanya hampir mekar sebab ada kesan terlalu hati-hati dalam menggarap isu ini. Selain itu, film ini hampir memberi penonton gagasan yang kontroversial untuk diperdebatkan.
Secara ringkas, dikisahkan sepasang kekasih, Timur dan Mentari, tekun merahasiakan sekian waktu hubungan mereka dari kawan dan keluarga mereka lantaran berbeda agama. Lalu, sebab sebuah peristiwa, keduanya terlempar pada dunia yang asing. Serupa film-film bertema kematian, keduanya bertemu dengan “Maut” dan coba mengakali kematian. Jalan cerita ini amatlah segar dan memancing berbagai imajinasi. Namun, peluang menghadirkan kisah yang menarik tertunda sebab ada penghindaran isu-isu yang sensitif.
Isu Agama
Di awal kisah, sosok keduanya diperkenalkan kepada penonton dengan latar belakang keluarga yang berbeda serta simbol-simbol agama Islam dan Kristen untuk menguatkan isu perbedaan agama. Selain itu, digambarkan pula ibu dari masing-masing tokoh menentang hubungan beda agama. Alasannya, secara tersirat, hubungan tersebut tidak dibenarkan oleh agama dan sudah final.
Sayangnya, selepas itu, narasi mengenai agama tidak memenuhi kisah. Padahal, kisah ini mengangkat tema tersebut. Kosakata agama dan ketuhanan tidak didiskusikan. Sutradara sekaligus penulis naskah, Jason Iskandar, terkesan hati-hati dan menanggalkan isu-isu yang membuka perdebatan. Alhasil, penonton mendapati Timur dan Mentari gelisah sepanjang film. Namun, di sisi lain keduanya takpunya dasar kuat untuk mempertahankan hubungan mereka, lebih-lebih argumen yang mendobrak pandangan umum mengenai agama.
Selain itu, digambarkan pula bahwa Mentari dan Timur merupakan sosok yang patuh dan takpunya nyali untuk menggugat aturan umum secara terbuka. Ruang perdebatan yang menjadi tawaran tema ini pun tidak terwujud dengan tebal, lebih-lebih menggugat konstruksi sosial. Oleh sebab itu, ada beberapa bagian film yang terasa datar dan takberkembang, juga dialog keduanya.
Film Petualangan
Dengan penggambaran tersebut, film roman ini tetiba menjadi film petualangan. Dalam dunia yang baru ditemui, mereka pindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan rasa bingung. Kemudian, keduanya justru asyik dengan tempat-tempat baru yang mereka temui, alih-alih menyulut nyali mereka untuk menggugat pelarangan beda agama.
Selain itu, dalam dunia baru itu, digambarkan bahwa Timur dan Mentari takjub dengan tokoh-tokoh baru yang mereka temui beserta masalah-masalahnya di dunia nyata. Lalu, keduanya seakan-akan menanggalkan masalah mereka dan coba memahami tokoh-tokoh yang mereka temui. Di sisi lain, fokus film menjadi kabur sebab ada upaya untuk menangkap isu cinta dalam konteks lebih luas.
Film Tema Serupa
Tema serupa pernah dihadirkan dalam film 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010), tetapi pembahasannya berbeda. Kisah Rosid dan Delia hadir dalam realitas dan konteks kebudayaan yang kuat. Isu yang dibawa amatlah relevan dan kuat. Muncul beberapa perspektif dalam memaknai cinta beda agama.
Hal-hal yang digugat Rosid dan Delia pun tiba kepada kita dan menjadi bahan perenungan dan merangsang kita untuk membicarakannya. Bahkan, Rosid berhadapan dengan ahli agama terkait penggunaan peci. Selain itu, ada adegan kelompok agama mencap Rosid dan teman-temannya aliran sesat sebab melibatkan perempuan, Delia, dalam sebuah diskusi. Tabrakan-tabrakan ini meninggalkan perenungan dan pertanyaan.
Beralih kembali pada Akhirat: A Love Story, film ini menggambarkan dunia yang ideal, tetapi lepas dari kenyatan dan permasalahan sekitar. Di sisi lain, tidak ada gagasan yang kontroversial untuk memancing perdebatan ide. Ada kebaruan, tetapi tidak meninggalkan perdebatan.
Baca juga: Tarian Lengger Maut (2021): Menghadapi Trauma dengan Prahara
Penulis: Anggino Tambunan
Penyunting: Muhammad Reza Fadillah