Kita sering bertanya-tanya tentang kehidupan setelah arwah tidak lagi berada dalam tubuh kita. Bayangan kehidupan setelah itu pada akhirnya hanya bisa diterka-terka saja bagaimana rasanya. Terkaan itulah yang ditampilkan David Lowery pada A Ghost Story (2017).
(Kami sarankan untuk menonton filmnya terlebih dahulu karena tulisan ini mengandung bocoran keras)
Keberadaan hantu pada dunia perfilman selalu bertentangan dengan makhluk hidup. Selalu ada teror yang diberikan sosok supernatural tersebut pada manusia. Contoh tersebut dapat kita lihat pada beberapa film hantu atau sering disebut dengan film horor.
Mendobrak keberadaan film hantu yang identik dengan horor, beberapa film mencoba memberikan alternatif baru tentang keberadaan setelah kematian. Kita bisa melihat hal tersebut dari film The Sixth Sense (1999) dan The Others (2001). Awal film menyuguhkan drama kehidupan manusia, lalu pada akhirnya mereka baru sadar bahwa mereka sudah menjadi hantu. Dengan membawa plot twist tersebut, kedua film tersebut memberi gambaran bahwa arwah manusia yang telah mati tidak selamanya mengetahui kematian mereka.
Kehidupan setelah kematian pun masih meninggalkan tanda tanya besar yang coba diterka oleh para sineas. Salah satu terkaan itu dibuat oleh sutradara David Lowery. Dalam A Ghost Story, David Lowery menampilkan bagaimana kehidupan setelah kematian. Casey Affleck—sang juara bertahan aktor terbaik Oscar— menjadi hantu bernama C yang merupakan tokoh utama. Semasa hidupnya, sang hantu memiliki kekasih bernama M yang diperankan oleh Rooney Mara.
Berbeda dengan The Sixth Sense dan The Others, dalam A Ghost Story (2017), sang hantu sadar bahwa dirinya sudah tiada. Wujudnya sangat unik: jasad C— yang telah menjadi hantu dan ditutupi dengan kain putih— terbangun di kamar mayat. Kain putih tersebut menjadi wujud hantu C, sama sekali tidak menakutkan, bahkan terkesan lucu.
Karena sudut pandang film pada C sebagai hantu, orang di sekitarnya pun tidak menyadari keberadaannya. Mulai dari sini C sadar bahwa ia sudah tiada. Gerbang cahaya yang sepertinya gerbang menuju akhirat pun terbuka. Namun, C menolaknya dan pergi menjauh seiring gerbang itu tertutup.
Alasan mengapa C menolak gerbang tersebut terjawab seiring ia pergi ke rumahnya untuk melihat kekasihnya. Namun, ternyata keberadaannya sudah tidak lagi dirasakan oleh kekasihnya, M. Ia pun kehilangan jati dirinya karena tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi setelah melakukan komunikasi dengan hantu tetangga.
“Apa yang membuatmu tetap berada di sini (di dunia ini)?”
“Aku menunggu seseorang.”
“Siapa?”
“Entahlah, aku tidak ingat. Mungkin ia tidak akan pernah datang kembali.”
Pembicaraan telepatik itu menjelaskan bahwa menjadi hantu harus siap “dihilangkan”. Keberadaan bukanlah lagi perkara kehendak untuk tetap ada, melainkan keberterimaan diri untuk menerima takdir bahwa telah tiada. Keterikatan yang menyebabkan keinginan untuk tetap ada bahkan mulai tergerus seiring keberadaan kita dilupakan.
C semakin gusar ketika kekasihnya mulai membawa pria lain. Eksistensinya semakin tergerus hingga memicu C untuk meninggalkan pesan kepada M lewat buku yang dijatuhkannya. Pesan itu berisi “The treasure yours” yang langsung disambung dengan adegan C memperdengarkan lagunya kepada M. Hal ini memicu M untuk meninggalkan rumah yang memang sejak awal memang tidak membuatnya nyaman.
Keberadaan C di rumah itu ternyata tidak semata karena M, melainkan karena kebersamaan yang ia habiskan dengan M di sana. C tidak mengikuti M bisa karena dua hal: eksistensinya dalam ingatan M telah lenyap atau karena keterikatannya terhadap rumah itu, apalagi setelah M meninggalkan secarik kertas di lubang kusen yang segera ditutupnya.
Pemilik rumah silih berganti, tetapi C tetap di sana dan hanya mengganggu. Ketika ia mencoba mengorek kusen tempat M meninggalkan secarik kertas, rumahnya dihancurkan. Terlihat hantu tetangga lenyap begitu rumahnya dihancurkan. Namun, C tetap di sana. Ia terjebak dalam ruang walaupun waktu bergerak maju dan ternyata mundur kembali.
Kembalilah C ke momen saat M menaruh secarik kertas di lubang kusen dan meninggalkan rumah. Lubang kusen yang ditutup dengan cat yang masih basah membuat C dengan mudah mengambil secarik kertas itu. Begitu C membaca isi kertas itu, keberadaannya sebagai hantu pun lenyap, sama seperti hantu tetangga yang lenyap ketika rumahnya dirobohkan.
Yang diketahui dari adegan lenyapnya C beserta hantu tetangga adalah kedua arwah penasaran ini sudah tidak punya urusan lagi dengan dunia. Keberadaan hantu tetangga lenyap ketika rumahnya dirobohkan. Berarti hal yang mengikatnya untuk tetap berada di rumah itu adalah bangunannya. Ia ingin tetap eksis dengan terus memberitahukan keberadaannya ke pemilik rumah tersebut. Ketika rumahnya hilang, maka ikatan ia dengan dunia tersebut pun hilang.
Masalah eksistensi juga sedikit disinggung ketika pemilik rumah kedua setelah M pergi mengadakan pesta. Ia menuturkan bahwa eksistensi manusia yang telah tiada bisa dikenang dari warisannya. Warisan di sini bisa berbentuk buku, lagu, atau ingatan dengan orang-orang sekitar. Lamanya warisan tersebut tergantung kebutuhan alam, bisa sebentar bisa lama.
Yang ingin diketahui C mungkin warisannya pada dunia, yakni eksistensinya pada diri M. Diketahui bahwa mereka tidak memiliki banyak kenalan, dan mungkin C yang seorang musisi belum sempat menyebarkan warisannya yang berbentuk lagu. Lagu tersebut ia perdengarkan kepada M, ketika M mengenang C.
Apa isi secarik kertas itu?
Dilansir dari The Hollywood Reporter, David Lowery berkata bahwa ia menyuruh Rooney Mara untuk menulis ‘rahasia terdalamnya’. Tidak ada yang tahu apa tulisan dari kertas tersebut. Ditanya apa isi tulisan kertas itu, Rooney Mara mengaku lupa. Lowery menganggapnya bisa saja Mara tidak ingin memberitahunya. Kru film bercanda bahwa isinya hanya tulisan “booo”.
Namun, jika dilihat dalam konteks film ini, isi kertas itu bisa menjadi penyebab lenyapnya C. Berarti tulisan pada kertas itu dapat menjawab kegusaran C. C ingin dirinya tetap diingat, jadi ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah M memastikan bahwa dirinya akan terus mengenang C. Kemungkinan kedua, M akan menyebar lagu hasil karya C untuk membuatnya dikenang oleh masyarakat luas. Bahkan, isinya bisa memuat kedua hal tersebut.
Bagaimanapun, A Ghost Story (2017) mengajarkan bahwa yang lebih banyak kehilangan atas kematian diri sendiri adalah pribadi tersebut. Untuk mengurangi kegusaran akan pertanyaan ‘apakah kita akan dikenang setelah kematian’ maka berkaryalah dan buatlah kenangan sebanyak-banyaknya kepada orang sekitar. Maka dari itu, keberadaan kita akan terus hidup setelah ajal menjemput kita.
Baca juga: The Young Karl Marx (2017): Dramatisasi Paradoksalnya Latar Belakang Marx dan Engels
Penulis: Muhammad Reza Fadillah
Penyunting: Anggino Tambunan